Para pendatang dari Tiongkok ini akhirnya menetap dan membentuk peradaban di Tanah Deli.
"Itu yang sudah lahir di Indonesia Kita tidak sebutkan mereka orang Tiongkok lagi tetapi orang Tionghoa," ucapnya.
Meski sudah berada di wilayah yang berbeda, kata Aziz, mereka tetap membawa dan melestarikan budaya nenek moyang dan mengakar hingga anak cucu.
"Saya kira ini hal yang biasa dalam etnisitas, misalnya kita pindah ke suatu tempat kita juga membawa kebudayaan kita. Meskipun ada beberapa hal yang kita modifikasi agar kita dapat diterima dalam komunitas baru itu," imbuhnya.
Hendra Kurniawan dalam bukunya Kepingan Narasi Tionghoa Indonesia The Untold Histories menuliskan, Tahun Baru Imlek yang resminya dihitung berdasarkan tahun kelahiran Nabi Khongen (553 SM) sudah biasa dirayakan sejak tahun 600 SM.
Perayaan Imlek alias chen cia (sincia) merupakan pesta untuk menyambut datangnya musim semi. Para petani seakan merasa hidup lagi setelah sejenak mengalami "kematian" pada musim dingin yang suram. Para petani kembali mempersiapkan tanah, bibit, dan perlengkapan pertanian untuk mulai bertanam.
Perayaan Imlek dimaknai sebagai ungkapan syukur atas karunia dan anugerah Tuhan selama satu tahun sembari berharap kemakmuran yang berlimpah di tahun yang akan datang.
Berbeda dengan situasi di Indonesia, perayaan Imlek yang selalu jatuh di bulan Januari atau Februari ditandai dengan curah hujan yang lebat dan musim panen buah-buahan, seperti rambutan, jeruk, durian, manggis, alpukat, saveo, dan lainnya.
Baca Juga: 5 Karakter Orang Sukses, Mudah Ditiru Kaum Milenial untuk Raih Keberhasilan!
Tahun baru pasti dijadikan sebagai patokan untuk merencanakan harapan pada tahun mendatang alias resolusi. Pergantian tahun pada prinsipnya menjadi momentum penanda bahwa manusia terikat dengan waktu bahwa yang lalu telah berlalu dan patut disyukuri, sementara yang mendatang harus disiapkan dengan baik.
Tak heran mitosnya apabila pada malam menjelang Imlek bumi diguyur hujan lebat berarti akan ada harapan rezeki yang bakal mengalir di tahun yang baru. Mayoritas warga Tionghoa di Indonesia percaya dengan mitos ini dan tentu saja menantikannya.
Perayaan Imlek di Medan, kembali Aziz menjelaskan, tampaknya telah berlangsung meriah sejak abad ke 13 Masehi di Kota China, Medan Marelan.
"Dalam beberapa temuan-temuan situs kota China pada waktu itu saya ikut juga penggalian arkeologis itu, ada temuan seperti misalnya emas kertas yang diduga digunakan dalam ritual masyarakat Tiongkok termasuk perayaan hari besar atau upacara kematian," ungkapnya.
"Pada saat itu sudah berlangsung Imlek," sambungnya.
Perayaan Imlek juga meriah pada masa kolonialisme Belanda. Masyarakat Tionghoa pada masa itu masuk dalam kelas masyarakat menengah.
Tag
Berita Terkait
-
Apa Itu Lunar New Year? Ini Penyebab Perayaan Imlek Berubah Setiap Tahunnya
-
Ibadah Malam Imlek di Bandar Lampung Berlangsung Khidmat di Tengah Pembatasan
-
Ucapkan Selamat Imlek 2022 dengan Bahasa Mandarin, Gibran Tuai Pujian Warganet: Seperti Bertemu Jackie Chan
-
Kode Redeem CODM 1 Februari 2022 Spesial Imlek, Klaim untuk Rebut Hadiahnya
-
Identik dengan Imlek, Ternyata Begini Cara Mudah dan Cepat Memotong Kue Keranjang
Terpopuler
- 4 Model Honda Jazz Bekas Paling Murah untuk Anak Kuliah, Performa Juara
- 4 Motor Matic Terbaik 2025 Kategori Rp 20-30 Jutaan: Irit BBM dan Nyaman Dipakai Harian
- 7 Sunscreen Anti Aging untuk Ibu Rumah Tangga agar Wajah Awet Muda
- Mobil Bekas BYD Atto 1 Berapa Harganya? Ini 5 Alternatif untuk Milenial dan Gen Z
- Pilihan Sunscreen Wardah yang Tepat untuk Umur 40 Tahun ke Atas
Pilihan
-
Pabrik VinFast di Subang Resmi Beroperasi, Ekosistem Kendaraan Listrik Semakin Lengkap
-
ASUS Vivobook 14 A1404VAP, Laptop Ringkas dan Kencang untuk Kerja Sehari-hari
-
JK Kritik Keras Hilirisasi Nikel: Keuntungan Dibawa Keluar, Lingkungan Rusak!
-
Timnas Indonesia U-22 Gagal di SEA Games 2025, Zainudin Amali Diminta Tanggung Jawab
-
BBYB vs SUPA: Adu Prospek Saham, Valuasi, Kinerja, dan Dividen
Terkini
-
Pertamina Bersihkan Puskesmas Rantau di Aceh untuk Pulihkan Layanan Kesehatan Masyarakat
-
Lokasi SIM Keliling Medan Pekan Ini, Lengkap dengan Syarat dan Jam Operasionalnya
-
Kerugian Banjir di Aceh Timur Capai Rp 5,39 Triliun, Ribuan Rumah Rusak
-
1.955 Kantong Darah Didistribusikan ke Wilayah Bencana di Aceh
-
ARTKARO 2025, dari Kegelisahan Lokal Menuju Ekosistem Seni Rupa Nasional