- Tidak semua es batu aman untuk dikonsumsi
- Es batu air mentah seringkali meninggalkan rasa asing di mulut
- Es batu air matang cenderung hambar karena zat kimia sudah terurai saat perebusan
SuaraSumut.id - Es batu merupakan elemen sederhana yang sering kita temui dalam berbagai minuman, mulai dari teh, kopi, jus, hingga minuman ringan.
Kehadirannya memberi sensasi segar, terutama di tengah cuaca panas. Namun, di balik kesegarannya, ada potensi bahaya tersembunyi yang jarang disadari, kualitas air yang digunakan untuk membuat es batu.
Faktanya, tidak semua es batu aman untuk dikonsumsi. Banyak produsen rumah tangga maupun industri masih menggunakan air mentah yang belum melalui proses perebusan atau penyaringan optimal.
Hal ini tentu menimbulkan pertanyaan besar: bagaimana cara membedakan es batu dari air mentah dan air matang?
Mengapa Kualitas Es Batu Penting?
Menurut teori dasar kesehatan lingkungan, kualitas air yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari berpengaruh langsung pada kesehatan manusia.
Air yang tercemar bakteri, virus, atau logam berat dapat menjadi sumber penyakit, seperti diare, kolera, dan infeksi saluran pencernaan.
Saat air mentah dibekukan menjadi es, mikroorganisme berbahaya di dalamnya tidak serta-merta mati. Justru, proses pendinginan hanya membuat mereka “tidur” sementara.
Begitu es meleleh, bakteri tersebut akan aktif kembali. Inilah mengapa es batu dari air mentah sering menjadi “pembawa” penyakit yang tidak terlihat.
Perbedaan Es Batu Air Mentah dan Air Matang
1. Dari Segi Penampilan
Es batu air mentah: cenderung keruh, terdapat banyak gelembung udara, dan permukaan tidak rata. Hal ini terjadi karena partikel terlarut (mineral, sedimen, atau kontaminan organik) tidak homogen ketika dibekukan.
Es batu air matang: lebih jernih, bening, dan tampak mengilap. Perebusan membuat gas serta zat pencemar hilang, sehingga es tampak bersih.
2. Dari Tekstur
Es batu air mentah terasa kasar saat disentuh, bahkan sering retak atau rapuh.
Berita Terkait
-
Peserta Asuransi Kesehatan Swasta Harus Ikut Bayar Biaya RS Mulai Januari 2026
-
Generasi 'Lemah' atau Generasi Sadar Batas? Wajah Baru Dunia Kerja
-
Investasi Jangka Panjang: Kenapa Anda Perlu Pemeriksaan Kesehatan Secara Berkala?
-
Waspada! Ini Alasan Migrain Sangat Umum Menyerang Anak dan Remaja
-
OJK: Industri Asuransi Dilarang Naikkan Tarif Premi Tanpa Izin Nasabah
Terpopuler
- 7 Rekomendasi Ban Motor Anti Slip dan Tidak Cepat Botak, Cocok Buat Ojol
- 5 Shio yang Diprediksi Paling Beruntung di Tahun 2026, Ada Naga dan Anjing!
- Jordi Cruyff Sudah Tinggalkan Indonesia, Tinggal Tandatangan Kontrak dengan Ajax
- 5 Mobil Bekas Senyaman Karimun Budget Rp60 Jutaan untuk Anak Kuliah
- 5 Sabun Cuci Muka Wardah untuk Usia 50-an, Bikin Kulit Sehat dan Awet Muda
Pilihan
-
Orang Pintar Ramal Kans Argentina Masuk Grup Neraka di Piala Dunia 2026, Begini Hasilnya
-
6 Rekomendasi HP Rp 3 Jutaan Terbaik Desember 2025, Siap Gaming Berat Tanpa Ngelag
-
Listrik Aceh, Sumut, Sumbar Dipulihkan Bertahap Usai Banjir dan Longsor: Berikut Progresnya!
-
Google Munculkan Peringatan saat Pencarian Bencana Banjir dan Longsor
-
Google Year in Search 2025: Dari Budaya Timur hingga AI, Purbaya dan Ahmad Sahroni Ikut Jadi Sorotan
Terkini
-
Angka Korban Hilang Turun Jadi 160 Jiwa, Tapanuli Tengah Masih Ground Zero Pencarian
-
Pertamina Percepat Pemulihan Layanan Energi di Aceh, Sumut, dan Sumbar
-
Gerindra Sumut-Yayasan Hati Emas Indonesia Kirim 10 Ton Bantuan Sembako ke Tapteng
-
Kades di Taput Tersangka Korupsi Dana Desa Ditahan
-
5 Sepatu Lari Wanita Paling Nyaman dan Modis, Cocok untuk Millennial