Scroll untuk membaca artikel
Chandra Iswinarno
Senin, 05 Oktober 2020 | 16:38 WIB
Ilustrasi pandemi Covid-19 di dunia. [Suara.com/Eko Faizin]

SuaraSumut.id - Sebanyak 39,9 persen Warga Sumatera Barat (Sumbar) percaya jika Pandemi Covid-19 yang terjadi saat ini merupakan hasil dari konspirasi global atau persengkokolan negara-negara maju.

Hasil tersebut dipaparkan lembaga riset dan konsultan Spektrum Politika Institut yang melakukan penelitian terhadap persepsi, pengalaman, pengetahuan, dan perilaku masyarakat Sumbar dalam menghadapi pandemi Covid-19.

Dalam keterangan tertulis yang diterima Padangkita.com-jaringan Suara.com pada Senin (5/10/2020), merujuk hasil penelitian Spektrum Politika Institut, kondisi tersebut yang kemudian memengaruhi perilaku warga Sumbar dalam mematuhi protokol kesehatan yang diterapkan oleh pemerintah daerah.

Selain ada yang percaya pandemi Covid-19 adalah konspirasi, sebanyak 89,1 persen masyarakat setuju Pandemi Covid-19 menyebabkan ekonomi mereka semakin memburuk.

Baca Juga: MCCC Makassar: Covid-19 Bukan Konspirasi, Ayo Pakai Masker

Keadaan tersebut harus menjadi perhatian pemerintah karena hampir semua masyarakat mengalami dampak ekonomi yang serius akibat Covid-19 ini.

Kemudian, sebanyak 49,8 persen masyarakat Sumbar mengakui kehilangan pekerjaan sejak Pandemi Covid-19 ini mulai menjangkiti masyarakat. Selanjutnya, hal positif yang patut diapresiasi dari kerja pemerintah adalah sebanyak 86,8 persen masyarakat Sumbar sudah mendapatkan informasi tentang pandemi Covid-19.

Selanjutnya, 65,5 persen warga Sumbar yang berhak mendapatkan bantuan sosial dari pemerintah/pemerintah daerah telah menerima paket bantuan sosial.

Artinya, masih ada 34,5 persen dari mereka yang belum menerima paket bantuan sosial tersebut. Padahal secara ekonomi sangat banyak mereka yang mengalami dampak ekonomi terkait dengan Covid-19.

Satu hal yang mengejutkan, sebesar 90,1 persen warga Sumbar menegaskan bahwa mereka akan datang ke TPS untuk memberikan suara dalam Pilkada yang dilaksanakan pada 9 Desember mendatang.

Baca Juga: Tegas, Doni Monardo: Covid-19 Bukan Rekayasa, Bukan Konspirasi

Antusiasme masyarakat tentu perlu didalami lebih jauh. Apakah fenomena ini terkait dengan keinginan masyarakat yang memang menunggu pemberian dari calon kepala daerah yang selalu dilakukan dalam setiap pilkada yang biasanya diberikan dalam bentuk hadiah, souvenir atau pemberian uang.

Sementara, terkait kepatuhan masyarakat Sumbar terhadap protokol kesehatan, Spektrum Politika Institut juga melakukan penelitian dengan membuat rentang nilai dari 1 sampai 3 untuk melihat tingkat kepatuhan tersebut.

Berikut temuan lembaga riset tersebut terkait kepatuhan masyarakat terhadap protokol kesehatan:

1. Tidak Keluar Rumah

Melihat dari penerapan protokol kesehatan dalam masyarakat Sumbar terlihat bahwa masih ada yang menganggap bahwa pandemi Covid-19 ini bukanlah suatu keadaan yang mengkhawatirkan mereka.

Faktanya sebanyak 28,5 persen masyarakat Sumbar ternyata masih sering keluar rumah dan tidak mematuhi imbauan untuk tidak keluar rumah.

Indeks kepatuhan dalam indikator ini berada pada angka 2,05 yang berarti masyarakat Sumbar masuk kategori cukup patuh dengan imbauan pemerintah untuk tidak keluar rumah jika tidak ada urusan yang penting dan mendesak.

2. Memakai Masker

Indeks kepatuhan untuk memakai masker masyarakat Sumbar ketika berada berada di luar rumah adalah 2,53 poin. Ini berarti masyarakat Sumbar masuk dalam kategori patuh dengan indikator pelaksanaan protokol kesehatan ini.

Paling tidak ini terlihat sebanyak 60,3 persen masyarakat sering menggunakan masker ketika berada di luar rumah.

3. Menjaga Jarak

Sementara indeks kepatuhan untuk indikator menjaga jarak ketika beraktivitas di luar rumah adalah sebesar 2,41 poin. Ini berarti masyarakat Sumbar masuk kategori patuh dengan protokol kesehatan ini. Walaupun jumlah yang memperhatikan pentingnya menjaga jarak ini baru sebanyak 52,2 persen.

4. Mencuci Tangan

Sedangkan indeks kepatuhan masyarakat Sumbar untuk indikator selalu mencuci tangan atau selalu menggunakan hand sanitizer berada di angka 2,59 poin atau berkategori patuh untuk pelaksanaan protokol kesehatan ini.

Memang jumlah mereka yang mengikuti protokol kesehatan selalu mencuci tangan ini baru mencapai angka 66,3 persen.

Untuk diketahui, riset tersebut digelar pada periode 10 September 2020 hingga 15 September 2020 dalam bentuk survei yang dilakukan di 19 Kabupaten/Kota.

Ada 1.220 responden sebagai sampel yang diwawancara secara bertingkat (multistage random sampling) di seluruh kabupaten/kota yang ada.

Sampel diacak secara proporsional dengan memperhatikan jumlah penduduk dan karakteristik penduduk yang ada di kabupaten/kota. Adapun margin of error dari sampel yang diambil tersebut adalah sebesar 2,9 persen.

Untuk menjaga kualitas survei ini, maka quality control juga dilakukan dengan cara menelepon ulang responden untuk mengonfirmasi jawaban mereka sebelumnya.

Quality control survei ini dilakukan terhadap 60 persen dari total sampel yang diwawancarai oleh enumerator sebelumnya.

Load More