Scroll untuk membaca artikel
Suhardiman
Minggu, 28 Maret 2021 | 06:35 WIB
Pelajar SMAN 1 Pontianak, Kalbar, mengikuti proses belajar tatap muka, Senin (31/8/2020). [Suara.com/Eko Susanto]

SuaraSumut.id - Dinas Kesehatan Sumut menilai rencana kegiatan pembelajaran secara tatap muka pada perlu kajian lebih lanjut dari para pakar.

Langkah ini dilakukam untuk menekan risiko penyebaran Covid-19 jika pembelajaran tatap muka dilaksanakan nantinya.

Demikian dikatakan Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara dr Alwi Mujahit Hasibuan, dilansir Antara, Minggu (28/3/2021).

 "Kalau kajian itu mengatakan boleh, ya enggak ada masalah. Kita serahkan itu kepada pakar-pakar kita. Masyarakat juga harus mau ikut, jangan maunya saja. Karena kalau dasarnya perasaan bukan fakta, bisa kacau kita," katanya.

Baca Juga: Pandemi Belum Usai, Sebaiknya Aki Sepeda Motor Perlu Dicopot?

Jika antinya belajar tatap muka harus dilakukan, dia mengusulkan agar pakar-pakar pendidikan kembali dikumpulkan untuk membahas perkembangan lebih lanjut.

 "Jadi, jangan karena kemauan masyarakat saja, karena nggak bisa kita jadikan pegangan. Sebab, masyarakat ini kan pakai perasaan, bukan pakai fakta. Bisa saja karena sudah bingung melihat anaknya di rumah, beranggapan lebih bagus kalau sekolah tatap muka," ujarnya.

Apabila pembelajaran tatap muka dilakukan di Sumut tentunya masih akan ada beberapa daerah yang belum bisa melaksanakannya, seperti Kota Medan yang masih zona merah.

 Sebab pemetaan zonasi risiko memang harus menjadi salah satu bahan pertimbangan dalam pelaksanaan sekolah tatap muka. Bagi daerah zona hijau sekali pun tetap harus dikaji lebih jauh.

 "Jangankan anak kecil, orang dewasa saja belum tentu bisa kita atur menjalankan protokol kesehatan, apalagi anak-anak disuruh jaga jarak malah akan bertengkar atau lari-lari dengan teman-temannya," tukasnya.

Baca Juga: Rusia Taklukkan Slovenia Berkat Dua Gol Artem Dzyuba

Load More