Scroll untuk membaca artikel
Suhardiman
Senin, 26 April 2021 | 18:46 WIB
Baju kaos Kopaska pemberian almarhum kepada abang korban. [Suara.com/M.Aribowo]

SuaraSumut.id - Suasana duka menyelimuti sebuah rumah di Jalan Mangaan IV, Lingkungan 14 Lorong Rahayu IV Kelurahan Mabar Kecamatan Medan Deli, Senin (26/4/2021).

Terlihat tenda berukuran 3x5 meter sudah terpasang di depan rumah keluarga almarhum Serda Hendro Purwoto, salah satu prajurit yang gugur saat bertugas di kapal selam KRI Nanggala 402.

"Almarhum Serda (Lis) Hendro Purwoto, lahir di sini (31 Januari 1984), besar di sini, di Mabar. Dia tamat sekolah SMK Sinar Husni tahun 2004, testing di Belawan. Begitu pendidikan lulus tahun 2004 bulan 3 ditugaskan pendidikan di Surabaya," kata Ririn Purwanti (42), kakak kandung korban, kepada SuaraSumut.id.

Ia mengatakan, almarhum merupakan anak bungsu dari tujuh orang bersaudara. Serda Hendro dikenal sebagai orang yang baik, ramah, tidak banyak bicara, dan begitu menjadi prajurit TNI AL, seketika menjadi kebanggaan keluarga.

"Kami tidak nyangka dia dulu bisa masuk Angkatan Laut, karena gak ada yang masukan, dia berusaha sendiri, rezeki dia bagus. Dia kebanggaan kami," ujar Ririn mengenang almarhum. Begitu jadi anggota TNI AL, kata Ririn, almarhum jarang kembali ke Medan.

Baca Juga: Diduga Nyindir Rizky Billar, Ridho DA Klarifikasi dan Minta Maaf

"Waktu almarhum orangtua laki-laki meninggal dia pulang tahun 2004, kemudian mamak kami meninggal 2005 dia juga pulang, setelah itu kembali tugas di Surabaya," katanya.

Selama tugas di Surabaya, kata Ririn, korban mendapat jodoh dan menikah dengan seorang wanita di Surabaya.

"Almarhum sudah memiliki satu anak perempuan, usia 11 tahun. Komunikasi sama keluarga baik sekali, sama istrinya juga sering telponan," ungkapnya.

Hingga kabar petaka datang pada Rabu (21/4/2021) kemarin. Pihak keluarga mendapatkan informasi dari sang istri bahwasanya, kapal tempat almarhum bertugas hilang kontak.

"Kami langsung lihat siaran TV, katanya lagi karam kapalnya," ujar Ririn.

Baca Juga: Jalan Sunyi Para Pembelah Samudera, Kronologi Tragedi Nanggala 402

Sejak kabar itu datang, keluarga di Medan sudah cemas bukan kepalang.

"Saya langsung lemas, gak bisa ngapain-ngapain lagi," katanya.

Menurutnya, Hendro sudah bertugas selama 10 tahun di kapal selam tersebut.

"Di kapal selam itu ada tingkat almarhum berada di bagian pompa, letaknya di ruangan paling bawah," ungkapnya.

Gelar Tahlilan dan Salat Gaib

Pihak keluarga yang terus menggali informasi soal keselamatan prajurit di KRI Nanggala 402, mendapat kecil kemungkinan kru yang di dalam kapal selamat.

Keluarga pun ikhlas dengan musibah kejadian ini. Jumat (23/4/2021) malam kemarin, pihak keluarga akhirnya menggelar tahlilan dan salat gaib.

"Kami kirim doa, agar almarhum tenang disana, Senin (26/4/2021) malam ini juga mau tahlilan lagi," tangisnya.

Kirim Baju Kaos Kopaska

Dua minggu sebelum kejadian, korban sempat mengirimkan baju kaos berwarna abu-abu dengan tulisan Kopaska dengan gambar sablon siluet seorang penyelam.

"Yang membawa keponakan, jumpa dengan Hendro di Surabaya. Dibawakan oleh kaos oleh-oleh Kopaska, ada 5 kaos yang dibawakan untuk abang dan kakaknya," kata Ririn.

Ia mengatakan, tidak ada pesan terakhir yang menjadi isyarat kepergian almarhum.

"Cuma dibilangnya dia sangat rindu balik ke Medan, rencana abis lebaran ini pulang, itulah yang dibilangnya ke keponakan," kata Ririn.

"Dia sangat suka ikan teri tos, kami bilangnya teri berenang, karena ikan teri gak digoreng kering, tapi ada kuah sambalnya dia suka sekali," sambungnya.

Atas kejadian ini, keluarga korban masih berharap kepada pemerintah agar jasad almarhum Hendro dan 52 orang lainnya dapat ditemukan.

"Ya kalau tidak, kami kirim doa saja," pungkasnya.

Kontributor : M. Aribowo

Load More