SuaraSumut.id - Angka perceraian di Medan turun selama pemberlakukan pembatasan kegiatan masyarakat atau PPKM. Tercatat, hanya 105 orang yang mengajukan gugatan perceraian di Pengadilan Agama Kelas 1 Medan selama Juli 2021.
Namun demikian, tingkat perceraian dari Januari hingga Juli 2021, meningkat 10 persen dibanding periode yang sama tahun 2020.
"Tahun lalu gugatan perceraian sekitar 1.700 perkara, jadi otomatis tahun ini meningkat 10 persen," kata Panitera Pengadilan Agama Klas 1 Medan, Muhammad Yasir Nasution, dilansir dari digtara.com--jaringan suara.com, Kamis (29/7/2021).
Ia mengaku, perempuan didominasi melakukan gugatan perceraian. Namun untuk tahun ini penggugat cerai laki-laki juga meningkat dibanding tahun lalu.
"Masih tetap yang mendominasi perempuan, tapi selama pandemi di tahun kedua ini penggugat laki-laki juga meningkat," katanya.
Ia mengaku, 105 perkara itu masih dalam tahap pendaftaran dan masih dalam verifikasi berkas untuk tahap persidangan.
“Belum disidang karena selama PPKM kita juga melakukan pembatasan pendaftaran dan pelayanan sehingga yang mengajukan gugatan juga sedikit," katanya.
Ia mengatakan, jika tidak ada pembatasan kemungkinan besar dalam dua minggu pendaftaran perkara perceraian meningkat.
“Sebenarnya PPKM ini bisa kita katakan untuk mereka yang mau mengajukan perceraian bisa mengambil waktu pikir-pikir karena kita membatasi jadwal pendaftaran. Tapi kalau untuk persidangan tetap berjalan seperti biasanya,” katanya.
Baca Juga: Saratoga Perluas Investasi di Bidang Pendidikan
Selama PPKM pengajuan gugatan juga disebabkan karena terjadi pertengkaran secara terus menerus. Untuk Juni 2021 ada 213 perkara perceraian yang disebabkan oleh pertengkaran secara terus menerus. Selain itu, disebabkan karena meninggalkan atau bahasa lainnya ditinggal oleh suaminya atau perempuannya.
"Iya itu pertengkaran secara terus menerus itu disebabkan karena ekonomi, salah paham, derajat laki laki dan perempuan, tamatan sekolah, banyaklah macamnya tapi dominan pertengkaran karena ekonomi," katanya.
"Kalau KDRT, poligami dan lain sebagainya itu ada tapi bisa dihitung. Dan yang paling banyak melakukan perceraian itu usia muda bahkan dibawah umur," tukasnya.
Berita Terkait
-
6 Perceraian Artis Paling Dramatis, Rizki DA Akhirnya Rujuk
-
Belum Berjodoh, Ini 4 Rumah Tangga Pasangan Artis Idaman yang Berujung Perceraian
-
HJB ke-539, Kasus Perceraian di Kota Bogor Meningkat
-
Angka Perceraian Tinggi, Wapres Minta Konseling Pra Nikah Ditingkatkan
-
Angka Perceraian di Banjar Meroket, Sebabnya dari Poligami hingga Murtad
Terpopuler
- 7 Motor Matic Paling Nyaman Buat Touring di 2026: Badan Anti Pegal, Pas Buat Bapak-bapak
- Ingin Miliki Rumah Baru di Tahun Baru? Yuk, Cek BRI dengan KPR Suku Bunga Spesial 1,30%
- Sambut HUT ke-130 BRI: Nikmati Promo Hemat Hingga Rp1,3 Juta untuk Upgrade Gaya dan Hobi Cerdas Anda
- Meskipun Pensiun, Bisa Tetap Cuan dan Tenang Bersama BRIFINE
- 3 Pilihan Mobil Bekas Rp60 Jutaan: Irit BBM, Nyaman untuk Perjalanan Luar Kota
Pilihan
-
6 Mobil Bekas Paling Cocok untuk Wanita: Lincah, Irit, dan Punya Bagasi Cukup
-
OJK Awasi Ketat Pembayaran Pinjol Dana Syariah Indonesia yang Gagal Bayar
-
Jejak Emas Rakyat Aceh Bagi RI: Patungan Beli Pesawat, Penghasil Devisa & Lahirnya Garuda Indonesia
-
Pabrik Toba Pulp Lestari Tutup Operasional dan Reaksi Keras Luhut Binsar Pandjaitan
-
Kuota Pemasangan PLTS Atap 2026 Dibuka, Ini Ketentuan yang Harus Diketahui!
Terkini
-
Heboh Rumah Terduga Bandar Narkoba Dibakar Emak-emak di Mandailing Natal
-
Festival Semarak Pergantian Tahun 2025 di Medan Dibatalkan
-
Operasi Lilin Toba 2025 di Sumut Dimulai 20 Desember
-
Hunian Sementara untuk Korban Banjir di Aceh Mulai Dibangun
-
Para Petinggi Bank Mandiri Salurkan Bantuan bagi Masyarakat Terdampak Bencana di Sumatera