Scroll untuk membaca artikel
Suhardiman
Selasa, 24 Agustus 2021 | 15:33 WIB
Poster FGD menghidupkan kembali festival film. [Suara.com]

SuaraSumut.id - Sampai saat ini pandemi Covid-19 masih terus melanda Indonesia. Akibatnya, berbagai aktivitas masyarakat pun dibatasi.

Pandemi Covid-19 tentunya berdampak pada berbagai kalangan, termasuk kesenian yang berbasis komunitas atau masyarakat. Hal tersebut juga dirasakan oleh Festival Film Purbalingga (FFP).

Pada 2020 festival film berbasis komunitas yang dimulai tahun 2006 silam menggelarnya dalam dua alternatif, yakni luring dan daring.

Namun demikian, tahun ini sang penggagas FFP yang juga direktur agenda tahunan tersebut, Bowo Leksono memastikan full daring.

Baca Juga: Dicibir Netizen Gegara Lepas Pasang Jilbab, Ini Alasan Elly Sugigi

"Karena kita tidak bisa menunda lagi dan PPKM ini tidak jelas kapan berakhirnya, maka kami putuskan FFP dilakukan secara daring apa pun itu risikonya," katanya kepada suara.com beberapa waktu lalu.

Banyak tantangan yang dihadapi dalam penyelenggara FFP. Mulai seperti ketersediaan jaringan internet yang stabil hingga hasil produksi karya pelajar. Berupa film pendek yang tentunya jumlahnya akan berbeda dibanding sebelumnya.

Agenda utama yang digelar sebulan sebelum acara utama FFP, yakni Layar Tanjleb yang menjadi andalan FFP dan biasa dilakukan keliling selama sebulan di lima kabupaten wilayah Eks Karesidenan Banyumas yang mencakup, Purbalingga, Banyumas, Cilacap, Banjarnegara dan Kebumen terpaksa ditiadakan.

Hal itu pula membuat Suara.com menggelar Focus Group Discussion (FGD) bertema "Strategi di Tengah Pandemi; Menghidupkan Kembali Festival Film yang bakal digelar pada 25 Agustus 2021 mulai Pukul 15.00 WIB.

Untuk bisa berpartisipasi dalam FGD silakan registrasi dengan menghubungi Nomor WhatsApp 0813-8120-5128.

Baca Juga: Sering Tebar Kebaikan, Ivan Gunawan Tak Menyangka Dapat Hadiah Mobil Seharga Rp 1 Miliar

Load More