Scroll untuk membaca artikel
Suhardiman
Jum'at, 15 Oktober 2021 | 15:05 WIB
Pengendara kereta (sepeda motor) melintas di jalanan Medan. [Ist]

Penyebaran bahasa Melayu sampai jauh di luar batas kawasannya yang lama telah berlangsung pada waktu Malaka menjadi bandar yang ramai serta pusat agama Islam.

Raja Malaka yang ketiga, Sultan Muhammad Syah ( 1424-1445), masuk Islam dan penggantinya menjalankan politik perluasan daerah. Cucunya, Mansur Syah dan cicitnya, Riayat Syah (1477-1488), menguasai Selat Malaka dan dengan demikian menguasai jalur perdagangan dari India ke Cina.

Pada zaman itu banyak orang asing yang bermukim di Malaka: pedagang dari dunia Barat dan Timur, para pelaut Melayu pun berlayar sampai jauh dari tempat tinggalnya.

Pada tahun 1511 orang Portugis merebut kota Malaka. Pada saat itu bahasa Melayu di kawasan yang luas telah menjadi bahasa perdagangan di bandar-bandar.

Baca Juga: Piala Uber: Greysia / Apriyani Jadi Inspirasi Kemenangan Siti Fadia / Ribka

Dengan sendirinya, karena pergaulan orang Melayu dengan orang-orang asing sepanjang masa, bahasa "katjauan" atau "katjoekan" yang juga dikenal dengan nama bahasa pekan atau bahasa pasar telah pula berpengaruh terhadap bahasa Melayu dalam wilayahnya sendiri.

Kata kereta sendiri merupakan kata serapan dari bahasa Portugis. Kata-kata dari bahasa Barat pun kita temukan dalam bahasa Melayu, terutama dari bahasa Portugis diantaranya gerédja, tembakau, peloeroe, pita, dan keréta.

Kontributor : M. Aribowo

Load More