Suhardiman
Rabu, 02 Maret 2022 | 15:02 WIB
Seorang pedagang sapi di Pusat Pasar Medan sedang memotong daging sapi. [Suara.com/M.Aribowo]

"Pemicunya kalau saya amati ini memang dari harga sapi indukan di Australia yang belakangan naik," kata Gunawan.

Dari hasil pengamatannya di lapangan, harga jual sapi setelah digemukan di Indonesia itu harganya tidak terlalu jauh dengan harga sapi saat dibeli.

Tetapi perusahaan penggemukan sapi mendapatkan keuntungan itu dari bobot sapi yang bertambah.

"Jadi kalau dibeli dari Australia bobotnya 150 kiloan, maka setelah digemukan bobotnya menjadi sekitar lebih dari 350 kilo," imbuhnya.

"Tentunya ada penambahan biaya penggemukan lagi. Maka berdasarkan harga sapi yang mencapai 62 hingga 64 ribu per kilonya itu bisa menciptakan harga daging sapi sekitar Rp 110 hingga 120 ribuan perkilo," sambungnya.

Pembeli Mengeluh, Pedagang Rugi

Gunawan mengatakan, harga daging sapi di tingkat pedagang pengecer saat ini dijual dalam rentang Rp 125 ribu hingga Rp 140 ribu itu wajar.

"Tetapi tentunya dikeluhkan oleh para konsumen. Pada dasarnya konsumsi daging sapi belum sepenuhnya pulih dibandingkan dengan masa sebelum pandemic. Sejauh ini konsumsi daging sapi itu masih sekitar 50 persenan dari rata rata konsumsi sebelum pandemi," jelasnya.

Dampak dari kenaikan ini memang membuat pedagang maupun perusahaan penggemukan sapi terbebani.

"Keuntungan menjadi kian tipis, atau bahkan berpeluang merugi jika mengikutkan biaya tenaga kerja, sewa lapak jualan hingga penyusutan," jelasnya.

Baca Juga: Apple Hingga Boeing Ancam Hengkang dari Rusia Pasca Operasi Militer di Ukraina

Kenaikan harga daging sapi juga berimbas terhadap pelaku UMKM. Karena konsumsi daging sapi di Medan sekitar 70 persen justru dikonsumsi oleh pedagang bakso atau pelaku UMKM lain.

"Dalam konteks kenaikan harga daging sapi saat ini, saya melihat pelaku usaha atau UMKM yang banyak dirugikan," tukasnya.

Kontributor : M. Aribowo

Load More