Scroll untuk membaca artikel
Suhardiman
Selasa, 19 April 2022 | 14:51 WIB
Masjid Lama Gang Bengkok Medan. [Suara.com/M.Aribowo]

SuaraSumut.id - Kerukunan antar umat beragama di Medan sudah terjalin sejak dahulu kala. Jejak kerukunan ini terlihat dari bangunan masjid tertua di Medan.

Masjid Lama Gang Bengkok di Jalan Mesjid, Kelurahan Kesawan, Kecamatan Medan Barat, ini berdiri 148 tahun yang lalu. Masjid ini menjadi saksi sejarah akulturasi budaya Islam-Tionghoa dan Melayu.

"Masjid ini didirikan tahun 1874, tanah ini adalah wakaf daripada Datuk Kesawan (Haji Muhammad Ali) dan kemudian dibangun oleh Tjong A Fie itu seorang kapten dari Cina," kata Sekretaris BKM Masjid Lama Gang Bengkok, Haji Mukhlis Tanjung kepada SuaraSumut.id, Selasa (19/4/2022).

Baca Juga: Terapkan PTM 100 Persen, Disdikpora Izinkan Aktivitas Ekstrakurikuler dengan Catatan Ini

Ia mengatakan, saat itu Datuk Kesawan bersama dengan Tjong A Fie menghadap ke Sultan Deli Ma'moen Al Rasyid.

"Mereka menceritakan niatnya untuk membangun masjid ini maka terbangunlah masjid ini," katanya.

Kala itu tidak ada nama resmi untuk diberikan pada masjid tersebut. Akhirnya banyak masyarakat menyebut masjid itu Masjid Lama Gang Bengkok.

"Kenapa namanya Masjid Lama Gang Bengkok, karena dulu pas di tekongan maka diberilah nama masjid itu," ujarnya.

Secara arsitektural, kata Mukhlis, masjid berkelir hijau kuning ini merupakan campuran dari tiga budaya yakin Tionghoa, Melayu dan Persia.

Baca Juga: Viral Video Bayi 5 Bulan Kena Gas Air Mata Polisi, Ibu Teriak: Saya pe Anak Hampir Kehilangan Napas!

"Dari masjid ini kita lihat di atasnya ada kombinasi Cina, Melayu dan Persia, atasnya Cina, dalamnya ini ada lebah bergantungnya Melayu dan dalamnya ada Persia," ungkapnya.

"Kenapa warnanya kuning, karena kuning merupakan ciri khas Melayu, hijau adalah keislamannya yang ada di Tanah Deli ini," sambung Mukhlis.

Kerukunan Umat Harus Terus Dijaga

Ia menjelaskan, masjid ini memang menjadi simbol kerukunan umat beragama yang ada di Kota Medan.

"Kita mengharapkan kepada generasi yang sekarang ini apa yang telah dibuat oleh Tjong A Fie ini dan Datuk Kesawan ini perlu kita ambil kerukunan umatnya," imbuhnya.

Lokasi masjid ini berada di pemukiman mayoritas warga Tionghoa. Namun demikian, sepanjang masjid berdiri hingga sekarang masyarakat selalu hidup rukun beragama.

"Di sini tidak pernah terjadi bentrok antara kita. Meski kita dengan suara azan keras, tapi mereka gak (terganggu) malah menguntungkan buat mereka, karena mereka bisa bangun pagi bisa bekerja," imbuhnya.

Selama bulan Ramadan pihaknya menggelar berbagai kegiatan di masjid.

"Di sini ada pengajian setiap malam. Ada juga sediakan bubur untuk berbuka puasa bersama sebanyak 100 porsi setiap harinya," pungkasnya.

Kontributor : M. Aribowo

Load More