Scroll untuk membaca artikel
Riki Chandra
Senin, 02 Mei 2022 | 18:15 WIB
Paus Fransiskus berbicara selama doa Regina Caeli di Lapangan Santo Petrus, Vatikan, 1 Mei 2022. [Dok.Antara/Reuters]

SuaraSumut.id - Paus Fransiskus memberikan penghormatan kepada para wartawan yang gugur atau yang dipenjara selama menjalankan tugas-tugas mulia dalam menyuarakan kebenaran.

Paus membela kebebasan pers dan menyanjung awak media yang berani melaporkan "luka kemanusiaan."

Ketika berbicara di hadapan ribuan orang dalam pidato mingguan di Alun-alun St.Peter, Paus mencatat bahwa 3 Mei akan menjadi Hari Kebebasan Pers Dunia Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).

"Saya mempersembahkan penghargaan kepada para awak media yang membayar langsung untuk hak ini," katanya, sambil mengutip statistik bahwa 47 jurnalis gugur dan lebih dari 350 lainnya dibui tahun lalu. Namun, Paus tidak memberikan sumber statistiknya.

Baca Juga: Paus Fransiskus Beri Penghormatan untuk Wartawan yang Gugur saat Bertugas

Organisasi PBB yang mendukung Hari Kebebasan Pers Dunia, UNESCO, awal tahun ini mengatakan bahwa 55 jurnalis dan pekerja media gugur sepanjang 2021.

"Terkhusus terima kasih bagi mereka, yang dengan berani, memberitakan kepada kita tentang luka kemanusiaan," kata Paus.

Pada April, Paus memberikan penghargaan kepada para wartawan yang gugur selagi meliput perang Rusia-Ukraina. Ia mengatakan dirinya berharap Tuhan akan membalas mereka karena telah melayani kebaikan bersama.

Organisasi perlindungan wartawan Commitee to Protect Journalists mengatakan bahwa pihaknya memastikan sedikitnya tujuh jurnalis gugur saat meliput perang di Ukraina.

Komite yang bermarkas di New Yor itu mengatakan masih menyelidiki apakah ada jurnalis-jurnalis lain yang terbunuh karena tugas mereka.

Baca Juga: Medianya Diberedel, Eks Pemred Situs Berita Di Singapura Kini Dipenjara

Reporters Without Borders, yang berbasis di Paris, menyebutkan telah mencatat sejumlah serangan langsung yang menargetkan jurnalis yang memakai pita lengan bertuliskan "Pers" di Ukraina. (Antara/Reuters)

Load More