Scroll untuk membaca artikel
Riki Chandra
Jum'at, 26 Agustus 2022 | 10:10 WIB
Ilustrasi Panas Matahari ( Pexel.com)

SuaraSumut.id - Panas berbahaya diprediksi akan terjadi dalam beberapa dekade mendatang. Kemungkinan juga akan melanda sebagian besar dunia.

Setidaknya, tiga kali lebih sering karena perubahan iklim memburuk. Hal ini diungkap dalam sebuah studi baru.

Sebuah penelitian di jurnal Nature Climate Change mengungkap, di sebagian besar garis lintang tengah Bumi, terjadi lonjakan suhu dan kelembaban yang terasa seperti 103 derajat (39,4 derajat Celcius) atau lebih tinggi, secara statistik seharusnya terjadi 20 hingga 50 kali setahun pada pertengahan abad.

Pada 2100, menurut penulis studi, indeks panas ekstrem itu mungkin bertahan selama sebagian besar musim panas untuk tempat-tempat seperti AS Tenggara.

Baca Juga: Untuk Ketiga Kalinya, Shanghai Keluarkan Peringatan Panas Ekstrem

Kondisi yang lebih buruk disa terjadi di daerah tropis.

Studi tersebut mengatakan, indeks panas dianggap "sangat berbahaya".

Artinya, indeks panas terasa melebihi 124 derajat (51 derajat Celcius), kemungkinan akan menyerang sabuk tropis mencakup wilayah di India satu hingga empat minggu per tahun pada 2100.

“Jadi, itulah hal yang menakutkan tentang ini,” kata penulis studi Lucas Zeppetello, seorang ilmuwan iklim Harvard dilansir laman Independent, Jumat (26/8/2022).

"Kondisi ini adalah sesuatu di mana miliaran orang berpotensi terkena tingkat panas yang sangat berbahaya. Jadi sesuatu yang sebelumnya tidak pernah terjadi akan berubah menjadi sesuatu yang terjadi setiap tahun,” jelasnya.

Baca Juga: Hasil Penelitian: Beberapa Mobil Honda Dapat Diretas dari Jarak Jauh

Zeppetello dan rekan menggunakan lebih dari 1.000 simulasi komputer untuk melihat probabilitas dua tingkat panas tinggi yang berbeda.

Di mana indeks panas 103 derajat (39,4 Celcius) dan di atas 124 derajat (51 Celcius), yang merupakan ambang batas berbahaya dan sangat berbahaya menurut Layanan Cuaca Nasional AS.

Mereka menghitung untuk 2050 dan 2100, membandingkannya dengan seberapa sering panas itu terjadi setiap tahun di seluruh dunia dari 1979 hingga 1998.

Studi ini menemukan peningkatan tiga sampai 10 kali lipat dalam 103 derajat panas di pertengahan garis lintang.

Dalam skenario terbaik yang tidak mungkin dari pemanasan global, terbatas hanya 3,6 derajat (2 derajat Celcius) sejak zaman pra-industri.

Menurut penelitian, panas 103 derajat akan menguapkan daerah tropis selama hampir setiap hari, setiap tahun biasa pada 2100.

Chicago mencapai tingkat indeks panas 103 derajat itu hanya empat kali dari 1979 hingga 1998.

Tetapi skenario studi, menunjukkan Chicago mencapai ambang batas panas dan itu 11 kali setahun pada akhir abad ini.

"Gelombang panas adalah salah satu dari empat dampak dari perubahan iklim apokaliptik, bersama dengan kenaikan permukaan laut, kelangkaan air dan perubahan dalam ekosistem secara keseluruhan," kata Zeppetello.

Penelitian ini turut diamini ilmuwan iklim Jennifer Francis dari Woodwell Climate Research Center, yang bukan bagian dari tim studi.

“Dua musim panas terakhir telah memberikan jendela ke masa depan kita yang beruap, dengan gelombang panas mematikan di Eropa, China, Amerika Utara bagian barat laut, India, AS bagian selatan-tengah, Inggris, Siberia tengah, dan bahkan New England," terangnya.

Menurut dia, tempat-tempat yang sudah panas akan menjadi tidak dapat dihuni karena indeks panas melebihi ambang batas berbahaya, yang mempengaruhi manusia dan ekosistem. (Sumber: Suara.com)

Load More