Scroll untuk membaca artikel
Suhardiman
Kamis, 15 Juni 2023 | 15:21 WIB
Bank Indonesia. [Antara]

SuaraSumut.id - Utang Luar Negeri (ULN) RI pada April 2023 sebesar 403,1 miliar dollar AS. Nilai tersebut turun dibandingkan bulan sebelumnya yang mencapai 403,3 miliar dollar AS.

"Utang luar negeri Indonesia pada April 2023 turun dibandingkan dengan bulan sebelumnya," kata Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI Erwin Haryono melansir Antara, Kamis (15/6/2023).

Nilai ULN Indonesia juga mengalami kontraksi. Secara tahunan ULN Indonesia terkontraksi sebesar 1,3 persen, melanjutkan kontraksi pada bulan sebelumnya sebesar 1,8 persen (yoy).

"Kontraksi pertumbuhan ULN ini terutama bersumber dari penurunan ULN sektor swasta," ujarnya.

Adapun ULN pemerintah tetap terkendali sebesar 194,1 miliar dolar AS, relatif stabil dibandingkan dengan posisi bulan sebelumnya sebesar 194 miliar dolar AS. Secara tahunan posisi ULN pemerintah tumbuh 1,8 persen (yoy) setelah mengalami kontraksi 1,1 persen (yoy) pada bulan sebelumnya.

Perkembangan ULN tersebut dipengaruhi oleh penempatan investasi portofolio di pasar Surat Berharga Negara (SBN) domestik seiring dengan sentimen positif pelaku pasar global yang tetap terjaga.

"Penarikan ULN pemerintah pada April 2023 masih diutamakan untuk mendukung pembiayaan sektor produktif dan prioritas, khususnya untuk menjaga momentum pemulihan ekonomi Indonesia di tengah ketidakpastian perekonomian global," ungkapnya.

Pemerintah terus berkomitmen mengelola ULN secara hati-hati, efisien, dan akuntabel, termasuk menjaga kredibilitas dalam memenuhi kewajiban pembayaran pokok dan bunga secara tepat waktu.

Baca Juga: Dewa 19 Pakai Vokalis Beragama Nasrani, Ahmad Dhani: Sepupuku Banyakan Katolik dan Protestan

Berdasarkan sektor ekonomi, ULN pemerintah mencakup antara lain sektor jasa kesehatan dan kegiatan sosial sebesar 24,1 persen dari total ULN pemerintah, administrasi pemerintah, pertahanan, dan jaminan sosial wajib 17,9 persen, jasa pendidikan 16,8 persen, konstruksi 14,3 persen, serta jasa keuangan dan asuransi 10,2 persen.

Posisi ULN pemerintah relatif aman dan terkendali mengingat hampir seluruh ULN memiliki tenor jangka panjang dengan pangsa mencapai 99,9 persen dari total ULN pemerintah.

Sedangkan posisi ULN swasta pada akhir April 2023 tercatat sebesar 199,6 miliar dolar AS, turun dibandingkan dengan posisi bulan sebelumnya sebesar 199,9 miliar dolar AS. Secara tahunan, ULN swasta kembali mengalami kontraksi sebesar 4,5 persen (yoy), lebih dalam dibandingkan kontraksi pada bulan sebelumnya sebesar 2,8 persen (yoy).

Pertumbuhan ULN perusahaan bukan lembaga keuangan dan lembaga keuangan masing-masing mengalami kontraksi 4,7 persen (yoy) dan 3,9 persen (yoy), lebih dalam dibandingkan dengan kontraksi bulan lalu yang masing-masing tercatat 2,8 persen (yoy) dan 3 persen (yoy).

Berdasarkan sektor ekonomi, ULN swasta terbesar bersumber dari sektor jasa keuangan dan asuransi, industri pengolahan, pengadaan listrik, gas, uap/air panas, dan udara dingin, serta pertambangan dan penggalian, dengan pangsa mencapai 78 persen dari total ULN swasta. ULN swasta juga tetap didominasi oleh ULN jangka panjang dengan pangsa mencapai 75,5 persen terhadap total ULN swasta.

Erwin mengatakan struktur ULN Indonesia tetap sehat, didukung oleh penerapan prinsip kehati-hatian dalam pengelolaannya. Kondisi tersebut ditunjukkan oleh dominasi ULN jangka panjang dengan pangsa mencapai 87,6 persen dari total ULN.

ULN Indonesia pada April 2023 tetap terkendali, tercermin dari rasio ULN Indonesia terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) yang turun menjadi 29,8 persen dibandingkan dengan rasio pada bulan sebelumnya sebesar 30,1 persen.

Dalam rangka menjaga agar struktur ULN tetap sehat, BI dan pemerintah terus memperkuat koordinasi dalam pemantauan perkembangan ULN, didukung oleh penerapan prinsip kehati-hatian dalam pengelolaannya.

Peran ULN juga akan terus dioptimalkan dalam menopang pembiayaan pembangunan dan mendorong pertumbuhan ekonomi nasional yang berkelanjutan, dengan meminimalisasi risiko yang dapat mempengaruhi stabilitas perekonomian.

Load More