Riki Chandra
Minggu, 28 Juli 2024 | 01:00 WIB
Masyarakat adat Sihaporas saat menggelar audiensi ke DPRD Simalungun. [Dok.Istimewa]

Ssalah seorang perempuan bernama Mersi Silalahi menggatakan, suaminya Thomson Ambarita, merupakan salah satu korban penangkapan ulah sengkarut tanah tersebut. Dia mengaku trauma lantaran suaminya ditangkap.

"Mereka harus ramai-ramai tidur di posko. Merasa ketakutan karena menurutnya masih banyak aparat intel yang berkeliaran di sekitar wilayah Sihaporas, juga ada drone yang selalu memantau mereka saat berladang," katanya.

Mersi berharap agar DPRD Simalungun meminta pihak kepolisian tidak tidak melakukan intimidasi lagi kepada masyarakat. "Saya perempuan, sangat rentan (takut) terhadap kejadian ini. Suami saya sudah dua kali ditangkap. Anak-anak saya harus bersekolah dan ekonomi kami pun terpuruk karena kejadian ini," katanya.

Anggota DPRD Simalungun, Maraden Sinaga menyayangkan peristiwa dugaan penculikan ini. Menurutnya, tindakan tersebut merupakan tindakan represif yang dilakukan oleh aparat kepolisian. Dia pun meminta masyarakat untuk tidak merasa takut.

"DPRD Simalungun akan mengingatkan hal ini kepada kepolisian, juga hasil pansus ini kita rekomendasi kepada instansi pemerintah daerah dan juga kepada kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan," katanya.

Sementara itu, perwakilan fraksi Nasdem DPRD Simalungun, Tumpak Silitonga menegaskan bahwa pengaduan masyarkakat adat ini perlu segera diselesaikan oleh KLHK. "Kami (DPRD) akan mendorong pansus mendalami persoalan tanah dari masyarakat adat Sihaporas," katanya.

Polisi Sebut Kasus Penganiayaan

Sebelumnya diberitakan bahwa Kapolres Simalungun AKBP Choky Sentosa Meliala mengatakan bahwa pihaknya yang telah menangkap sejumlah masyarakat adat atas kasus kekerasan dan penganiayaan terhadap karyawan PT TPL.

"Kasus kekerasan dan penganiayaan yang terjadi di Camp RND PT. TPL Sektor Aek Nauli, Nagori Sihaporas, Kecamatan Pematang Sidamanik, Kabupaten Simalungun," katanya, Selasa (23/7/2024).

Choky menjelaskan, kronologi penganiayaan terhadap karyawan PT TPL bernama Rudy Harryanto Panjaitan (53) terjadi pada 18 Juli 2022 silam.

Awalnya korban bersama para saksi hendak menyingkirkan kayu yang menghalangi jalan dengan menggunakan mobil Avanza BK 1412 HN.

Tiba-tiba sekelompok orang berjumlah sekitar 100 orang menyerang mereka dengan melempari batu dan membawa kayu yang dililit kawat berduri. Akibat kejadian itu, korban dan saksi-saksi melarikan diri meninggalkan mobil di lokasi kejadian.

"Mobil tersebut dirusak oleh para pelaku dan korban mengalami kerugian Rp 100 juta, serta luka di kepala akibat lemparan batu," ungkapnya.

Polisi yang mendapatkan laporan tersebut lalu melakukan penyelidikan dan kemudian menangkap tujuh orang.

"Sebenarnya pelaku yang ditangkap ada tujuh orang. Namun, dua orang melarikan diri saat proses diamankan ke Mako Polres Simalungun, karena adanya penolakan dari massa sehingga situasi saat itu tidak kondusif," jelasnya.

Load More