Rektor Unisma: Tidak Ada Agama yang Ajarkan Radikalisme

Ia mengatakan, TNI, kepolisian dan penegak hukum, memiliki tantangan berat dalam mengantisipasi aksi radikalisme, terorisme dan intoleran.

Chandra Iswinarno
Kamis, 07 Januari 2021 | 11:18 WIB
Rektor Unisma: Tidak Ada Agama yang Ajarkan Radikalisme
Jalannya Diskusi Forum Intelektual yang dilakukan di Polres Malang. [Binar Gumilang/TIMES Indonesia]

SuaraSumut.id - Rektor Unisma Prof Dr H Maskuri MSi menegaskan, tidak ada satupun agama yang mengajarkan radikalisme.

"Tidak ada satupun agama yang mengajarkan intoleran dan Radikalisme. Yang ada, agama dijadikan tameng untuk aksi radikalisme, intoleran dan terorisme," kata Maskuri dalam
Diskusi Forum Intelektual, Kamis (7/1/2021).

Ia mengatakan, TNI, kepolisian dan penegak hukum, memiliki tantangan berat dalam mengantisipasi aksi radikalisme, terorisme dan intoleran.

Ini lantaran ada beberapa faktor dan data, seperti Survei dari Wachid Institut yang menyebutkan 0,4 persen atau sekitar 600 ribu WNI pernah melakukan tindakan radikalisme.

Baca Juga:Apa Saja yang Dibatasi Saat PSBB di Jawa-Bali Pada 11-25 Januari?

Dari data Kemenhan sebelumnya saat Menhan Dijabat Riyamizad Ryacudu bahwa 19,4 persen PNS dan sebanyak 3 persen TNI terpapar radikalisme.

"Tentunya ini pekerjaan berat yang harus menjadi perhatian kita bersama," tuturnya. Dia pun menyebutkan data lainnya terkait potensi radikalisme di Indonesia.

Salah satunya hasil penelitian dari LSI terkait radikalisme di 33 provinsi yang menyebutkan, masyarakat masih rentan terhadap radikalisme berbasis sosial keagamaan.

"Perlu disampaikan kembali, bahwa agama dijadikan sebagai tameng untuk kepentingan aksi radikalisme serta terorisme. Ini harus disampaikan kepada masyarakat untuk tidak terpengaruh terhadap hal tersebut," jelasnya.

Ia menyampaikan strategi pencegahan radikalisme dan intoleran. Bentuknya yakni melalui pemetaan terhadap hal tersebut.

Baca Juga:Twitter Nonaktifkan Akun Milik Donald Trump Gara-gara Ini

Salah satu disebutkannya dengan pelibatan berbagai pihak untuk melakukan kontra radikalisme. Yakni melibatkan tokoh agama, tokoh pendidikan, tokoh masyarakat, tokoh adat, tokoh pemuda, LSM, dan media.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini