SuaraSumut.id - Di tengah pandemi Covid-19 melonjak tajam di India, ratusan warganya dilaporkan masuk ke Indonesia melalui Bandara Soekarno-Hatta.
Hal itu dibenarkan Kasubdit Karantina Kesehatan Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Kementerian Kesehatan, Benget Saragih. Menurutnya, ada sekitar 135 Warga Negara atau WN India yang mendarat di Soetta pada Rabu (21/4/2021).
"Mungkin bukan eksodus, salah penyampaian, tapi banyak WNA India 135 orang masuk ke Indonesia semalam, naik pesawat carter," kata Benget saat dihubungi, Kamis (22/4/2021).
Benget menyebut mereka tidak bisa ditolak masuk ke Indonesia. Sebab, semuanya memiliki Kartu Izin Tinggal Sementara (KITAS), dan aturan pemerintah hanya mewajibkan mereka untuk dikarantina.
Baca Juga:Bahaya! Corona Makin Ganas, Banyak Warga India Kabur ke Indonesia
"Mereka punya KITAS, mereka membawa hasil PCR valid dari India. Sekarang mereka di karantina 5x24 jam di beberapa hotel di Jakarta dan dilakukan swab pcr PCR 2 kali (di Indonesia)," ujarnya.
Dia menjamin Kemenkes akan mengawasi proses karantina ratusan WN India tersebut agar potensi penyebaran mutasi virus baru tidak terjadi di tanah air. "Mereka baru pertama swab pagi ini (Kamis 22/4). Kalau positif akan diisolasi," tegasnya.
Diketahui, selama satu bulan terakhir India selalu berada di posisi terbanyak penambahan kasus Covid-19 harian. Bahkan negara itu pecah rekor lagi untuk kesekian kalinya, dengan laporan infeksi harian mencapai 315.802 kasus pada Kamis (22/4).
Perdana Menteri India Narendra Modi, menggambarkan situasi lonjakan kasus Covid-19 di negaranya sebagai 'tsunami'. Beberapa ahli menyebut tsunami Covid-19 itu disebabkan varian virus corona baru yang dikenal sebagai B.1.617 yang terdeteksi di India.
Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), varian tersebut muncul pada akhir 2020. Para pejabat WHO menyebut varian itu sebagai "mutan ganda".
Baca Juga:Ratusan WN India Masuk Indonesia Saat Kasus Covid-19 Meroket di Sana
Pertama kali dilaporkan ke publik pada 24 Maret 2020, ketika telah ditemukan lebih dari 200 sampel di negara bagian Maharashtra, India. (Suara.com)