SuaraSumut.id - Produksi minyak dan gas bumi (migas) Aceh mengalami penurunan pada 2020 dan 2021. Bahkan, lebih kecil dibandingkan dengan hasil produksi 2019.
"Penurunan produksi/lifting disebabkan oleh sumur-sumur yang sudah tua, mengalami penurunan produksi secara alamiah," kata Kepala Dinas ESDM Aceh Mahdinur, melansir Antara, Jumat (18/2/2022).
Dari data Dinas ESDM Aceh, jumlah produksi minyak bumi Aceh pada 2019 mencapai 2.024.337 barel.
Kemudian pada 2020 menjadi 1.654.507 barel, dan hingga triwulan ketiga 2021 kembali menurun menjadi 943.104 barel.
Baca Juga:Viral Seorang Pelaku Curanmor Ditangkap Pihak Kepolisian, Menangis Panggil Ibunya
Sedangkan untuk gas bumi pada 2019 terealisasi sebesar 22.265.310 mmbtu, kemudian pada 14.221.578 mmbtu dan hingga triwulan ketiga 2021 turun menjadi 11.583.725 mmbtu.
Produksi migas di Aceh secara dominan dihasilkan dari blok B yang dulunya dikelola oleh Exxon Mobil Oil, kemudian PT Pertamina Hulu Energi-NSB dan saat ini dikelola oleh PT Pema Global Energi.
Sumur-sumur migas di blok B merupakan sumur migas tua yang sudah lama dieksploitasi serta telah melewati masa puncak produksi. Karena itu mengalami penurunan produksi secara alamiah.
"Tapi pada 2019 terjadi kenaikan produksi gas, karena PT Medco E&P Malaka mulai berproduksi dan memberikan kontribusi terhadap lifting migas Aceh," ujarnya.
Guna mempertahankan atau menekan laju penurunan produksi lifting migas di Aceh, Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) yang berada di Aceh akan mengembangkan lapangan yang telah ditemukan sebelumnya (discovery).
Namun demikian, belum di eksploitasi dan segera dilakukan eksplorasi atau mencari lapangan migas baru, serta akan melakukan Enhanced Oil Recovery (EOR) dan Enhanced Gas Recovery (EGR).