SuaraSumut.id - Sejumlah kabupaten di Provinsi Aceh dalam dua hari terakhir terrendam banjir. Menanggapi peristiwa bencana alam tersebut Wahana Lingkungan Hidup (WALHI) menilai banjir yang terjadi akibat perubahan fungsi hutan karena ulah manusia.
Direktur Eksekutif WALHI Aceh Muhammad Nur menyatakan hal tersebut di Banda Aceh pada Minggu (6/12/2020).
"Terjadinya perubahan fungsi hutan akibat dari maraknya praktek illegal logging (pembalakan liar), pertambangan dan tingginya pembukaan kebun sawit," katanya seperti dilansir Antara.
Menurutnya, daerah kabupaten di Aceh yang menjadi langganan banjir tahunan semuanya karena perubahan kondisi hutan akibat dari aktivitas manusia sendiri.
Dia mencontohkan, banjir yang terjadi di Kabupaten Aceh Besar, lantaran fungsi hutan berubah karena tingginya pembalakan liar di Kabupaten Pidie illegal logging dan pertambangan emas.
Kemudian, untuk Kebupaten Aceh Utara, Bireuen, Aceh Timur, sampai Aceh Tamiang fungsi hutan di sana juga sudah berubah akibat illegal logging dan tingginya pembukaan lahan sawit.
Selain itu, perubahan fungsi hutan juga disebabkan karena tingginya pembangunan proyek-proyek strategis seperti bendungan, infrastruktur jalan di kawasan hutan, bahkan masuk dalam hutan lindung.
"Memang setiap kabupaten punya kegiatan yang berbeda-beda, tapi pada akhirnya adalah mengubah fungsi hutan yang seharusnya melindungi sumber air ketika musim hujan seperti ini," ujarnya.
Karena itu, menurutnya menjadi wajar ketika datangnya musim penghujan sebagian wilayah kabupaten/kota di Aceh mengalami banjir serentak hingga merendam rumah rumah dan lahan warga, serta merusak infrastruktur.
Baca Juga: Banjir di Medan Dinilai karena Sistem Drainase yang Buruk
"Ini adalah resiko yang kita tanggung bersama, itu akibat dari perilaku kita sendiri yang harus dipertanggungjawabkan kepada alam semesta," katanya.
Berdasarkan data Badan Penanggulangan Bencana Aceh (BPBA), kabupaten/kota yang terdampak banjir serta longsor akibat hujan deras beberapa hari ini yakni Aceh Timur, Aceh Utara, Lhokseumawe, Bener Meriah, Aceh Tenggara, Subulussalam dan Simeulue.
Sejauh ini, kondisi terparah di Kabupaten Aceh Timur yang merendam 17 kecamatan dan Aceh Utara sebanyak 16 kecamatan sudah tergenang banjir. (Antara)
Berita Terkait
Terpopuler
- 7 Motor Matic Paling Nyaman Buat Touring di 2026: Badan Anti Pegal, Pas Buat Bapak-bapak
- Ingin Miliki Rumah Baru di Tahun Baru? Yuk, Cek BRI dengan KPR Suku Bunga Spesial 1,30%
- Sambut HUT ke-130 BRI: Nikmati Promo Hemat Hingga Rp1,3 Juta untuk Upgrade Gaya dan Hobi Cerdas Anda
- Meskipun Pensiun, Bisa Tetap Cuan dan Tenang Bersama BRIFINE
- 3 Pilihan Mobil Bekas Rp60 Jutaan: Irit BBM, Nyaman untuk Perjalanan Luar Kota
Pilihan
-
UPDATE Klasemen SEA Games 2025: Indonesia Selangkah Lagi Kunci Runner-up
-
6 Mobil Bekas Paling Cocok untuk Wanita: Lincah, Irit, dan Punya Bagasi Cukup
-
OJK Awasi Ketat Pembayaran Pinjol Dana Syariah Indonesia yang Gagal Bayar
-
Jejak Emas Rakyat Aceh Bagi RI: Patungan Beli Pesawat, Penghasil Devisa & Lahirnya Garuda Indonesia
-
Pabrik Toba Pulp Lestari Tutup Operasional dan Reaksi Keras Luhut Binsar Pandjaitan
Terkini
-
Heboh Rumah Terduga Bandar Narkoba Dibakar Emak-emak di Mandailing Natal
-
Festival Semarak Pergantian Tahun 2025 di Medan Dibatalkan
-
Operasi Lilin Toba 2025 di Sumut Dimulai 20 Desember
-
Hunian Sementara untuk Korban Banjir di Aceh Mulai Dibangun
-
Para Petinggi Bank Mandiri Salurkan Bantuan bagi Masyarakat Terdampak Bencana di Sumatera