Scroll untuk membaca artikel
Suhardiman
Jum'at, 30 April 2021 | 16:10 WIB
Tim gabungan mencari korban longsor di area PLTA Batang Toru. [Ist]

SuaraSumut.id - Longsor yang terjadi di area Proyek PLTA Batang Toru, Tapanuli Selatan, memantik reaksi Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) Sumut.

Direktur Walhi Sumut, Doni Latuperissa menyebut, pihaknya sudah menduga longsor itu akan terjadi.

"Sejak awal proses pembangunan, Walhi Sumatera Utara khawatir jika proyek tersebut diteruskan akan menimbulkan bencana ekologis di kawasan hutan Batang Toru," kata Doni, Jumat (30/4/2021).

Ia mengatakan, wilayah itu merupakan daerah rawan gempa dengan kontur tanah yang labil.

Baca Juga: Ketemu Para Ketua Partai, Airlangga Sedang Mengaspal Jalan Menuju 2024

"Lokasi pembangunan PLTA Batang Toru berada di zona merah dekat dengan patahan, artinya lokasi pembangunan PLTA Batang Toru berpotensi menimbulkan bencana ekologis baru yang berdampak pada sosio-ekologis masyarakat," ujarnya.

Doni mengatakan, ini bukan kali pertama terjadi. Sebelumnya pada Desember 2020 juga terjadi longsor yang menyebabkan hilangnya operator excavator.

Untuk itu, Walhi Sumut meminta stop pembangunan di wilayah rawan bencana itu.

"Evaluasi proyek-proyek yang beroperasi di Lansekap Batang Toru," katanya.

Pihaknya meminta untuk mengusut tuntas bencana longsor yang terjadi di areal proyek PLTA Batang Toru tersebut.

Baca Juga: Lihat Pintu Terbuka, Pasien Covid-19 Kabur dari Ruang Isolasi

"Laksanakan pencegahan dan penegakan hukum terhadap potensi dan ancaman degradasi Lansekap Batang Toru dari aktivitas industri ekstraktif dan eksploitatif," katanya.

Selain itu, perbaiki tata kelola perizinan proyek di Lansekap Batang Toru, bahwa pembangunan PT.NSHE minim mitigasi kebencanaan.

Tidak Hanya Karena Faktor Alam

Sementatra itu, aktivis lingkungan Sumatera Utara, Jaya Arjuna menyebut, penyebab longsor itu tidak hanya disebabkan oleh faktor alam yakni curah hujan tinggi.

Ada penyebab lain yang menyulut bencana alam mulai dari getaran truk, hingga perambahan hutan.

"Tidak mungkin berdiri sendiri (faktor alam), ada penyebab lainnya, yang pertama ada gempa kecil, datang hujan lebat, runtuh. Ada kegiatan truk, bermuatan berat, ada geetaran juga bisa longsor," kata Jaya SuaraSumut.id.

Kemudian, longsor juga disebabkan oleh terbukanya lahan hutan.

"Tidak ada lagi pengikat (air hujan), terbukanya lahan terkait penebangan kayu dan lain. Dan itu jelas karena kegiatan disana," jelas Jaya.

Ia mengatakan, pihaknya sudah menduga kalau di seputaran areal PLTA Batang Toru, rentan terjadi bencana alam.

Oleh karenanya, Jaya berharap, menjadikan ini pembelajaran oleh pihak terkait, agar kejadian serupa tidak terulang.

"Sudah kita duga akan terjadi, disitu kan pusat gempa. Jangan disalahkan alam, harusnya jadi pelajaran, dicari apa persoalannya, oh ini ada daerah gempa, rentan longsor diperkuat tebing-tebingnya, begitu juga yang lainnya," katanya.

Tidak Ada Kaitan dengan Aktifitas PLTA Batang Toru

Sementara, Kabag Humas Pemda Tapanuli Selatan, Isnut Siregar saat dikonfirmasi mengatakan, bahwa penyebab longsor karena cuaca ekstrem.

"Perlu ditegaskan bahwasanya kejadian ini murni bencana alam akibat tingginya curah hujan selama 3 hari berturut-turut sehingga kejadian tersebut tidak ada kaitannya dengan aktifitas di PLTA Batang Toru," katanya.

Isnut menyampaikan, kejadian ini berada di tanah rakyat atas nama D Siregar. Di lokasi itu ada rumah yang ditempati seorang penjaga tanah D Siregar bermarga Waruwu.

Saat hujan deras, sesaat sebelum longsor, Isnut mengatakan sebagai tanggungjawab moral pihak manajemen PLTA Batang Toru (NSHE dan Sinohydro) menuju lokasi tersebut dengan harapan pemilik rumah tersebut dapat meninggalkan lokasi akibat curah hujan yang cukup tinggi.

"Namun nasib nahas 3 orang karyawan telah mengalami korban akibat longsor tersebut dan sampai saat ini masih dalam tahap pencarian," tukasnya.

Diketahui, longsor yang terjadi menyebabkan 3 orang meninggal dunia. Sedangkan 9 lainnya masih dalam pencarian.

"Korban meninggal dunia ditemukan sekira pukul 08.30 WIB," kata Kepala Kantor SAR Medan Toto Mulyono, melalui Humas Sariman Sitorus.

Ia mengatakan, ketiga korban yang belum diketahui identitasnya dievakuasi ke rumah sakit.

"Korban dua perempuan (dewasa dan anak-anak), dan satu laki anak laki-laki," ujarnya.

Saat ini tim masih melakukan pencarian para korban yang belum ditemukan.

"Selain personil dari rescuer pos SAR Parapat, kita juga mendapat dukungan personil dari pos SAR Sibolga berjumlah 4 orang untuk memaksimalkan pencarian," ujarnya.

Kontributor : M. Aribowo

Load More