SuaraSumut.id - Ade Farel (30) berjalan memasuki klinik yang berada di kawasan Jalan Setia Budi Medan. Dirinya datang untuk melakukan melakukan tes polymerase chain reaction (PCR), lantaran kondisi tubuhnya kurang begitu enak, dan sesak.
Dengan tenang Ade menemui petugas dan menyampaikan tujuan kedatangannya. Ia pun diarahkan ke sebuah ruangan dan dipersilahkan duduk.
Seorang dokter dengan memakai alat pelindung diri (APD) lengkap mengeluarkan stik mirip cotton bud dengan ukuran panjang sekitar 10 centimeter. Stik itu dimasukkan ke hidung dan mulut Ade.
Proses pengambilan sampel selesai, dan Ade dipersilahkan pulang. Hasil pemeriksaan diberitahukan oleh pihak klinik pada hari berikutnya.
Baca Juga: Resep Es Doger yang Enak dan Segar, Buat Sendiri di Rumah Yuk!
"Bayarnya lewat transfer online, Rp 495 ribu. Selesai bayar baru dicek. Besoknya saya disuruh datang untuk ambil surat hasil pemeriksaan. Hasilnya positif, tapi CT value saya tinggi sekitar 37, jadi tinggal pemulihan saja," kata Ade, Jumat (3/9/2021).
Ade sebenarnya merasa berat merogoh kocek hingga setengah juta hanya untuk mengetahui apakah dirinya positif Covid-19 atau tidak.
"Jika lewat rapid test antigen memang lebih murah, tapi tidak begitu akurat. Mau gak mau bayar Rp 495 ribu. Untuk swab gratisan bisa saja dicoba, tapi mesti daftar online dulu, antri lagi, hasilnya juga menunggu lagi," katanya.
Ade mengaku bukan pertama kali melakukan swab berbayar. Ia berharap, pemerintah ke depan dapat kembali menurukan harga test PCR tersebut.
"Sudah beberapa kali swab, malah harganya ada yang sekitar Rp 900 ribu. Kita berharap pemerintah menurunkan harganya, sepertinya Rp 100 ribu hingga Rp 200 ribu masih masuk akal, lebih terjangkau semua orang," kata Ade.
Baca Juga: Kasus Kebakaran Lapas Tangerang, Polisi Periksa Petugas LP hingga Tahanan
Hal senada dikatakan Zul Iqbal, salah seorang pengusaha di Medan. Ia menilai harga harga test PCR belum terjangkau bagi banyak orang.
"Kalau harga PCR segitu kayaknya masih mahal," katanya.
Zul menilai, harga rapid test antigen lebih murah Rp 109 ribu (sesuai HET di luar Jawa-Bali), menjadi pilihan orang untuk memeriksa apakah terpapar Covid-19 atau tidak.
"Ya meski hasilnya tidak akurat, nanti hasilnya negatif, rupanya pas test PCR positif, tapi karena lebih murah, orang memilih ke antigen," ungkap Iqbal.
Zul menilai, orang yang ingin PCR Rp 525 ribu hanya mau dilakukan bagi mereka yang mampu dan terdesak kebutuhan administrasi, seperti untuk berpergian dan sebagainya.
"Saya rasa jarang masyarakat yang murni mau cek kesehatan (test PCR) dengan harga segitu. Apalagi kondisi ekonomi sekarang, orang lagi sulit," beber Iqbal.
Zul mengaku sampai saat ini belum pernah melakukan PCR lantaran harganya yang masih terbilang mahal.
"Masih mahal untuk ukuran kesehatan, tapi untuk ukuran bisnis, perjalanan okelah, mau gak mau," ungkapnya.
Spesimen Tracing Covid-19
Data yang diperoleh dari covid19.sumutprov.go.id, sebelum adanya penurunan harga PCR dan Antigen, rata rata ada 7.294 spesimen Covid-19 per harinya. Angka ini dihitung dari 23 Juni 2021 hingga 16 Agustus 2021 tepat di hari pengumuman HET.
Terhitung dari 17 Agustus hingga 12 September, angka rata rata spesimen perharinya mengalami kenaikan 10.289 spesimen.
Terdapat kenaikan 2.995 spesimen per harinya dibandingkan rata-rata jumlah spesimen sebelumnya. Jika dipresentasikan ada kenaikan spesimen sekitar 41 persen.
Sedangkan untuk penyebaran Covid-19 di Sumut juga mulai terlihat angka penurunan. Terhitung Minggu 12 September 2021, Satgas Covid-19 Sumut mencatat angka konfirmasi positif mengalami kenaikan 241 orang sehingga totalnya menjadi 101.749.
Angka kesembuhan mengalami peningkatan bagus, yakni 527 orang pasien Covid-19 sembuh di Sumut. Total pasien sembuh menjadi 89.570.
Pasien konfirmasi Covid-19 yang aktif di Sumut ada 240 orang, sehingga jumlahnya menjadi 9.587. Sedangkan pasien konfirmasi Covid-19 meninggal dalam sehari kemarin mengalami kenaikan 14 orang sehingga jumlahnya menjadi 2.592.
Terapkan Tarif Sesuai HET
Rumah sakit di Kota Medan, Sumatera Utara, menerapkan harga baru PCR sesuai yang telah ditetapkan pemerintah. Seperti RS Murni Teguh Medan yang menetapkan tarif Rp 525 ribu.
"Tarif PCR Mandiri di RS Murni Teguh Rp 525 ribu. Hasilnya keluar 1x24 jam," kata Humas RS Murni Teguh dr Herman, Sabtu (4/9/2021).
"Sebelumnya tarif PCR Mandiri Regular di RS Murni Teguh Rp 900 ribu dengan hasil keluar 1x24 jam," katanya.
Sedangkan untuk pelayanan eksekutif yang hasilnya keluar empat jam, RS Murni Teguh mematok tarif Rp 1,5 juta.
"Sebelum penurunan tarif PCR Rp 1,5 untuk yang hasilnya keluar empat jam. Untuk yang normal hasilnya keluar 1x24 jam Rp 900 ribu," katanya.
Saat ini pelayanan PCR Mandiri di RS Murni Teguh hanya satu jenis dengan hasil keluar 1 x 24 jam. Meski pemerintah telah menurunkan tarif PCR, ternyata pegambilan sampel atau masyarakat yang melakukan PCR mandiri mengalami penurunan.
"Saat ini untuk pemeriksaan PCR secara mandiri mengalami penurunan. Kalau berapa banyak seharinya itu saya tidak terlalu tau, tapi yang pastinya turun," jelasnya.
Humas Rumah Sakit Columbia Asia Medan Novel mengaku, pihaknya juga telah menerapkan tarif baru yang telah ditetapkan oleh pemerintah.
"Tarif PCR saat ini Rp 525 ribu, hasilnya next day," katanya.
Di Rumah Sakit Universitas Sumatera Utara (RS USU) tidak dipungut biaya layanan PCR, karena untuk kepentingan tracing.
"Kalau di RS USU gratis karena alat PCR dari pemerintah. Ditujukan untuk tracing orang-orang yang memang kontak erat dengan pasien Covid-19," kata Humas Rumah Sakit USU Muhammad Zeinizen.
Ia mengaku, dalam sehari mereka bisa mengambil 150 sampel. Namun untuk umum mereka membatasi jumlahnya. Mereka mengutamakan untuk pasien, nakes, dan pegawai USU.
"Di luar orang terpapar kita gak berani. Daftarnya secara online. Jadi misalnya kita lakukan PCR rutin untuk pasien, ternyata pasien dan keluarga yang jaga positif. Kita tracing sama keluarga yang satu rumah. Karena yang jaga ini pasti ada kontak dengan keluarga yang di rumah," jelasnya.
Dirinya mengatakan, untuk pelayanan yang berbayar adalah rapid test antigen. Hal ini dikarenakan mereka membeli sendiri alat untuk pengambilan sampel.
"Untuk antigen bayar. Setiap pasien yang masuk IGD harus diperiksa antigen. Begitu juga dengan masyarakat yang butuh untuk mengetahui kondisinya. Pasien yang di antigen positif (Covid-19) langsung PCR. Namun biaya PCR dan antigen tidak dipungut jika dirawat, karena pasien Covid-19 yang dirawat di RS USU ditanggung pemerintah," katanya.
Ikuti Pemerintah Pusat
Plt Kepala Dinas Kesehatan Kota Medan Mardohar Tambunan mengatakan, pihaknya mengikuti aturan pemerintah terkait tarif PCR dan rapid test antigen.
"Nah kita ikuti itu," ujarnya.
Pihaknya melakukan pemantauan terhadap klinik atau fasilitas kesehatan yang menyediakan layanan. Jika ada yang menerapkan harga di atas HET maka akan ditindak.
"Belum ada temuan, kalau ada temuan kita tindak," ungkapnya.
Penindakan dimulai dari edukasi terhadap klinik yang melakukan pelanggaran, pemberian surat peringatan, sampai yang terberat pencabutan izin.
"Jika ada klinik yang melanggar kita edukasi dulu, kalau dia baru sekali pulak bisa saja (gak tahu). Tapi kalau pura-pura tidak tahu itu dapat SP 1, kita tetap prosedur. Sanksi maksimal ya dicabutlah izinnya," ucapnya.
Tekan Penyebaran Covid-19
Mardohar mengatakan, test PCR membuka jalan untuk melakukan tracing dan menekan penyebaran wabah Covid-19 di Medan. Pemkot Medan menargetkan dapat melakukan tracing melalui PCR maupun antigen sebanyak 23 ribu spesimen setiap harinya.
Dalam melakukan tracing dan testing, pihaknya menurunkan 160 orang petugas dari 41 Puskemas dan 39 Puskemas pembantu. Petugas kesehatan akan difungsikan sebagai tenaga analisis yang akan melakukan testing berupa test swab antigen maupun PCR.
"Target 23 ribu per hari, kita belum sampai itu, baru sekitar 20 ribu per hari. Pelacakan dilakukan misalnya ada satu kasus ditracing delapan orang (kontak erat)," katanya.
Terkait dengan prediksi epidemiolog yang menyebutkan ledakan kasus Covid-19 akan terus terjadi hingga akhir tahun 2021, Mardohar mengaku, pihaknya dari sekarang telah mengambil langkah untuk menekan penyebaran Covid-19.
"Silahkan mereka (epidemiolog) prediksi seperti itu, makanya kita genjot mulai dari sekarang mulai vaksin, 3T (Tracking, Tracing, Testing), termasuk penyekatan-penyekatan, disiplin Prokes," tandasnya. [Kontributor: M. Aribowo dan Budi Warsito]
Berita Terkait
-
Misteri Kematian Rico Pasaribu Terkuak? Sidang Perdana Besok, Peran Koptu HB Jadi Sorotan
-
Apa Saja Bisnis Shella Saukia, Sampai Berani Biayai Umrah Transgender Isa Zega
-
Daftar Lowongan Kerja Sopir Pribadi di Sumut
-
BRI REI Expo Hadir di Jambi, Banyak Promo KPR hingga Aneka Hiburan
-
Terapkan Bisnis Berkelanjutan Unilever Indonesia Raih "The Best Listed Company Based on ESG Score"
Tag
Terpopuler
- Agus dan Teh Novi Segera Damai, Duit Donasi Fokus Pengobatan dan Sisanya Diserahkan Sepenuhnya
- Raffi Ahmad Ungkap Tragedi yang Dialami Ariel NOAH, Warganet: Masih dalam Lindungan Allah
- Bak Terciprat Kekayaan, Konten Adik Irish Bella Review Mobil Hummer Haldy Sabri Dicibir: Lah Ikut Flexing
- Bukti Perselingkuhan Paula Verhoeven Diduga Tidak Sah, Baim Wong Disebut Cari-Cari Kesalahan Gegara Mau Ganti Istri
- Beda Kado Fuji dan Aaliyah Massaid buat Ultah Azura, Reaksi Atta Halilintar Tuai Sorotan
Pilihan
-
7 Rekomendasi HP 5G Rp 4 Jutaan Terbaik November 2024, Memori Lega Performa Handal
-
Disdikbud Samarinda Siap Beradaptasi dengan Kebijakan Zonasi PPDB 2025
-
Yusharto: Pemindahan IKN Jawab Ketimpangan dan Tingkatkan Keamanan Wilayah
-
5 Rekomendasi HP Murah Rp 3 Jutaan dengan Chipset Snapdragon, Terbaik November 2024
-
Kembali Bertugas, Basri-Najirah Diminta Profesional Jelang Pilkada Bontang
Terkini
-
4 Korban Hilang saat Longsor di Karo Ditemukan Meninggal Dunia
-
4 Orang Tewas Dalam Banjir Bandang di Sibolangit, 2 Masih Hilang
-
Kembali Pimpin Medan usai Kampanye Pilgub Sumut, Bobby Nasution Resmikan 60 Bus Listrik
-
Longsor di Karo Sumut, 10 Orang Hilang
-
Banjir dan Tanah Longsor Terjang 5 Lokasi di Sumut, 10 Orang Tewas