Suhardiman
Senin, 27 September 2021 | 11:05 WIB
Suasana Jalan Letda Sujono Medan, Sumatera Utara. [Suara.com/M.Aribowo]

Tak jauh dari Stasiun Kereta Api, juga terdapat Monumen Perjuangan Angkatan 66. Di dalamnya terdapat relief kematian Letda Sujono yang dibantai PKI secara sadis.

Monumen relief yang menceritakan pembantaian Letda Sudjono yang berdiri di pusat Kota Medan. [Suara.com/M.Aribowo]

Dikutip dari buku "Komunisme di Indonesia" yang diterbitkan Pusjarah TNI tahun 2009 menyebutkan, peristiwa kematian Sudjono membangkitkan simpati seluruh masyarakat.

Sebaliknya PKI menyatakan massanya tidak bersalah. BTI mengeluarkan pernyataan bahwa kejadian di perkebunan Bandar Betsy akibat politik adu domba administratur. Sebagai tindak lanjutnya, PKI menyiapkan tim pembela dari Jakarta untuk mereka yang dituduh terlibat.

Pengadilan Negeri Permatangsiantar yang bersidang pada Mei 1965, mengadili 23 terdakwa yang terlibat dalam peristiwa Bandar Betsy. Pengadilan memvonis terdakwa antara 5 sampai dengan 15 tahun penjara.

Tak lama kemudian, Asli alias Sukimin (40), ketua anak Cabang BTI Serbelawan yang disebut sebagai otak dari peristiwa itu ditangkap dan diadili.

Ia mengakui telah mengerahkan masa BTI di perkebunan PPN Karet IV Bandar Betsy untuk membunuh Pelda Sujono, yang waktu itu bertugas menjaga keamanan di perkebunan tersebut. Asli, dijatuhi hukuman mati sesuai dengan tuntutan jaksa.

Sementara, Juko Umboro yang merupakan anak keempat almarhum Letda Sujono, menceritakan peristiwa itu terjadi pada Jumat siang.

"Waktu itu saya masih kelas 3 SMA, bapak pada masa itu sudah menjadi perwira pengawas di Bandar Betsy, memorinya dulu gini pesannya kamu sekolah yang bagus jangan gak sekolah," kata Joko, dikutip dari infosumut, Jumat (24/9/2021).

Dirinya mengaku, saat itu ayahnya keluar rumah tidak membawa senjata.

Baca Juga: Anak Nia Daniaty Dituduh Tipu CPNS, Farhat Abbas Minta Polisi Bertindak

"Jadi pas siang itu, Jumat tuh pak, kok gak bawa senjatanya ke rumah, alah mau ksana aja dulu kok bentar, gak bawa senjata," kata Joko.

"Jadi dijemput ke lapangan, rupanya udah ada rencana orang-orang komunis tadi," sambungnya.

Tak lama kemudian, kata Joko, pihak keluarga menerima kabar duka. Setelah kematian ayahnya, Letkol Maliki sering datang ke rumahnya.

"Setelah itu Letkol Maliki (terlibat PKI) datang ke rumah setiap hari, datang karena mungkin kami mau dihabisi semua," imbuhnya.

Mengetahui keselamatan keluarga Sujono juga terancam, atas perintah Panglima RPKAD Sarwo Edhie, keluarga Letda Sudjono langsung dievakuasi.

"Diungsikan ke perumahan Kowilhan di Jalan Sudirman Medan, disanalah kami sekeluarga semua hampir dua bulan, rencana kami semua anaknya mau dihabisi (makanya diungsikan)," kata Joko.

Load More