SuaraSumut.id - Produksi padi di Aceh Utara sepanjang tahun 2022 mencapai 143,57 ribu ton dari target 390 ribu ton.
Kepala Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Aceh Erwandi di Lhokseumawe, Kamis, mengatakan produksi padi tersebut terhitung sejak Januari hingga April 2022.
"Sedangkan produksi padi pada Mei 2022 belum terdata karena masih dalam pendataan petugas di lapangan. Apalagi aplikasi pendataannya sedang bermasalah," kata Erwandi, melansir Antara, Kamis (23/6/2022).
Dirinya mengaku optimis target produksi padi sebesar 390 ribu ton tercapai. Mengingat masih ada beberapa bulan ke depan serta ada beberapa kali lagi musim tanam petani.
Baca Juga: Sejumlah Santri di Tuban Gugat PN Surabaya Gara-gara Sahkan Pernikahan Beda Agama
Pemkab Aceh Utara terus mengupayakan agar target produksi tercapai dengan mengusulkan beberapa program bantuan bagi para petani.
"Kami sudah usulkan bantuan bibit padi, namun untuk kali ini lebih diprioritaskan kepada petani yang terdampak banjir beberapa waktu lalu," kata Erwandi.
Erwandi mengatakan, target 2022 mengalami penurunan dibandingkan pada 2021. Target produksi padi pada 2021 mencapai 401 ribu ton.
Target yang dibebankan turun karena sejumlah masalah irigasi akibat banjir yang terjadi di Aceh Utara akhir tahun lalu. Banjir menyebabkan banyak sawah mengalami puso, sehingga gagal panen.
"Kendati target produksi turun, namun Kabupaten Aceh Utara setiap tahunnya mengalami surplus padi. Artinya produksi padi lebih tinggi dibandingkan kebutuhan," kata Erwandi.
Baca Juga: Suasana di Rumah Duka Rima Melati, Sang Putra Setia Mendampingi
Kepala Perum Bulog Subdivisi Regional Lhokseumawe Mufti mengatakan, pihaknya hingga saat ini belum menyerap gabah dan beras petani.
"Gabah kering dan beras petani pada masa panen sepanjang 2022 diserap pihak swasta. Petani lebih memilih menjual ke swasta karena harganya yang lebih tinggi," kata Mufti.
Harga beli gabah sesuai harga pembelian pemerintah (HPP) sebesar Rp 8.300 per kilogram. Sementara, harga beli swasta mencapai Rp 8.800 per kilogram.
"Harga yang ditetapkan pemerintah lebih rendah dibandingkan harga yang diberikan oleh swasta, sehingga para petani lebih memilih menjual ke swasta," kata Mufti.
Berita Terkait
-
Bulog Dipimpin Novi Helmy, Ini Kata Ketua Dewan Pakar HKTI Jabar
-
Jenderal Maruli Bantah Pengangkatan Mayjen Novi Jadi Bos Bulog Langgar UU: Sudah Ditinggalin Tentaranya
-
Jenderal Aktif Novi Helmy jadi Bos Bulog Banjir Kritik, DPR Dorong UU TNI Pasal 47 Direvisi
-
Tentara Pimpin Bulog, Kembalinya Dwifungsi TNI di Era Prabowo?
-
Banyak Dinilai Tabrak UU TNI, Syahganda Curiga Ada Unsur Keterpaksaan Mayjen Novi Helmy Jabat Dirut Bulog
Terpopuler
- Apa Sanksi Pakai Ijazah Palsu? Razman Arif dan Firdaus Oiwobo Diduga Tak Diakui Universitas Ibnu Chaldun
- Aset Disita gegara Harvey Moeis, Doa Sandra Dewi Terkabul? 'Tuhan Ambil Semua yang Kita Punya...'
- Ragnar Oratmangoen: Saya Mau Keluar dari...
- Ragnar Oratmangoen Tak Nyaman: Saya Mau Kembali ke Belanda
- Bagaimana Nih? Alex Pastoor Cabut Sebulan Sebelum Laga Timnas Indonesia vs Australia dan Bahrain
Pilihan
-
Rusuh Persija vs Persib: Puluhan Orang Jadi Korban, 15 Jakmania, 22 Bobotoh
-
Dukungan Penuh Pemerintah, IKN Tetap Dibangun dengan Skema Alternatif
-
Perjuangan 83 Petani Kutim: Lahan Bertahun-tahun Dikelola, Kini Diklaim Pihak Lain
-
Persija vs Persib Bandung, Ridwan Kamil Dukung Siapa?
-
Jordi Amat Bongkar Dugaan Kasus Pencurian Umur: Delapan Pemain..
Terkini
-
Jatuh ke Laut Saat Mengikat Tali Pukat, Nelayan Asal Asahan Ditemukan Tewas
-
2 Polisi Gadungan Rampas Ponsel Warga di Medan Ditangkap, 1 Pelaku Pecatan Polda Aceh
-
DPO Kasus Perdagangan Imigran Rohingya Ditangkap
-
Kebakaran Hebat di Simeulue Aceh, 48 Ruko Hangus Terbakar
-
Pelajar SD di Simalungun Tewas Tertabrak Truk Saat Naik Sepeda