SuaraSumut.id - Anjloknya harga sawit, jagung dan daging ayam berdampak terhadap kesejahteraan petani di Sumatera Utara (Sumut).
Pengamat Ekonomi Sumut Gunawan Benjamin mengatakan, berdasarkan rilis data BPS menunjukan bahwa nilai tukar petani (NTP) Sumut anjlok 7.21 persen di level 108.85.
"Komoditas penyumbang penurunan NTP petani Sumut adalah kelapa sawit, jagung dan ayam ras. Memang di bulan Juli kemarin, harga kelapa sawit di tingkat petani di Sumut berkisar Rp 700 hingga Rp 1.100 per kg. Meksipun ada yang menjual dikisaran Rp 1.300 hingga Rp 1.500-an per Kg," ujarnya.
Ia mengatakan, harga tandan buah sawit (TBS) jauh dari harga tertinggi yang sempat di atas Rp 3.000 per kg.
Baca Juga: Polandia Sebut Kucing Sebagai Spesies Alien Invasif, Apa Bahayanya?
"Harga TBS masih di bawah harga keekonomiannya yang Rp 2.300 hingga Rp 2.600 per kg, mengacu kepada harga CPO yang bertengger dikisaran Rp 3.900-an ringgit per ton sejauh ini," ujarnya.
"Selain TBS, harga jagung juga memang mengalami penurunan. Dari pantauan kita jagung di bulan mei atau juni itu sempat menyentuh Rp 5.700 per Kg (di tingkat pabrik pakan)," sambungnya.
Gunawan mengaku, penurunan harga jagung juga mendorong penurunan harga daging ayam. Sebelumnya pada Mei sempat menyentuh Rp 40 ribu per kg dan saat ini Rp 28 ribu per kg di Kota Medan.
"Dengan penurunan harga komoditas tersebut menekan daya beli petani kita," katanya.
Menurut Gunawan, seiring dengan kenaikan harga pupuk dan tingginya inflasi, petani kita terbebani dengan banyak pengeluaran, namun harga jual produk pertaniannya tertahan.
Baca Juga: Artis K-pop Pertama yang Tampil di Lollapalooza, Ini 5 Rekomendasi Lagu TXT
Sehingga membuat harga beras saat ini di bawah harga keekonomiannya. Untuk petani sawit, saya yakin perlahan NTP nya akan kembali mengalami pemulihan. Karena normalisasi kebijakan ekspor CPO dan produk turunan kelapa sawit sudah dilakukan," katanya.
Pemerintah harus fokus memperbaiki daya beli petani untuk jenis tanaman hortikultura dan tanaman pangan.
"Karena pupuk sudah sangat mahal, dan pengeluaran petani kita kian banyak. Sosialisasi penggunaan pupuk kompos yang memiliki efektifitas yang bersaing dengan pupuk kimia juga perlu digalakkan," katanya.
Berita Terkait
-
BRI Life Berikan Perlindungan Asuransi Mikro Bagi 35.224 Petani dan UMKM di Jawa Barat
-
Nyoblos Didampingi Keluarga, Edy Rahmayadi: Aku Pilih Nomor 1
-
Cegah Politik Uang, Relawan Bobby-Surya Patroli Semua TPS di Sumut
-
6 Fakta Petani Milenial Dapat Gaji Rp10 Juta
-
Daftar Lowongan Kerja Sopir Pribadi di Sumut
Tag
Terpopuler
- Diminta Cetak Uang Kertas Bergambar Jokowi, Reaksi Bank Indonesia di Luar Prediksi: Kalau Gitu...
- Ragnar Oratmangoen Akui Lebih Nyaman di Belanda Ketimbang Indonesia: Saya Tidak Menonjol saat...
- Warga Jakarta Jangan Salah Nyoblos Besok, YLBHI Bongkar 'Dosa-dosa' Cagub Nomor Urut 2 Dharma Pongrekun
- Pelatih Jay Idzes: Saya Tidak Senang, Ini Memalukan!
- Pratiwi Noviyanthi Ditinggal Pengacara Usai Tak Mau Selesaikan Kisruh Donasi Pengobatan Agus Salim
Pilihan
-
Review Hidup Peternak Lele: Game Simulasi Bagaimana Rasanya Jadi Juragan Ikan
-
Jangan Lewatkan! Lowongan Kerja OJK 2024 Terbaru, Cek Syaratnya Di Sini
-
4 Rekomendasi HP Gaming Murah Rp 2 jutaan Memori Besar Performa Handal, Terbaik November 2024
-
Harga MinyaKita Mahal, Mendag "Lip Service" Bakal Turunkan
-
Mahasiswa Universitas Lampung Ajak Warga Gotong Royong Peduli Lingkungan
Terkini
-
110 TPS di Sumut Gelar Pemungutan Suara Susulan Akibat Banjir
-
Edy-Hasan Keok di TPS Bobby Nasution, Ini Hasilnya
-
Hasil Pilgub Sumut 2024: Edy Rahmayadi Unggul di TPS Kediamannya
-
Tim SAR Brimob Polda Sumut Evakuasi Warga Terjebak Banjir di Medan
-
5 Warga Diduga Terlibat Politik Uang di Pilkada Banda Aceh 2024 Ditangkap