SuaraSumut.id - Tokoh-tokoh agama termasuk pimpinan gereja diminta menggencarkan dakwah atau pesan-pesan kebaikan melalui media sosial, guna menangkal penyebaran radikalisme.
"Saatnya kita semua harus gencarkan dakwah melalui media sosial," kata Ketua FKUB KH Zainal Abidin, melansir Antara, Minggu (9/10/2022).
Zainal mengatakan bahwa perlu penguatan pembangunan kebersamaan dan solidaritas untuk secara bersama melawan tumbuh dan berkembangnya gerakan intoleransi, radikalisme dan terorisme.
Kepada para pendeta dan pimpinan gereja, dirinya mengaku tidak ada agama yang mengajarkan umatnya untuk berbuat kekerasan kepada pemeluk agama lain, hanya karena perbedaan keyakinan.
Baca Juga: Cara Unik Relawan Sosialisasikan Figur Ganjar Pranowo Lewat Lomba Kicau Burung di Salatiga
"Agama mengajarkan tentang kebaikan, mengajarkan tentang cinta kasih dan sayang sesama manusia," ujarnya.
Ia menegaskan tidak ada konflik agama, sebab agama tidak mengajarkan untuk berkonflik atau berbuat kekerasan. Sebaliknya, yang terjadi ialah konflik atau pertikaian yang mengatasnamakan agama.
"Di sinilah dibutuhkan peran penting dari tokoh - tokoh agama dan pimpinan gereja untuk menggencarkan dakwah pesan-pesan kebaikan, baik secara daring maupun tatap muka," ungkap dia.
Kelompok gerakan garis keras terus menggencarkan faham intoleransi, radikalisme dan terorisme lewat dunia maya.
Berdasarkan survei nasional tentang daya tangkal masyarakat terhadap radikalisme dan terorisme yang dilaksanakan oleh Badan Nasional Penanggulangan Terorisme tahun 2017-2018 dengan skor 42,58 dari rentang 0 - 100 atau kategori sedang.
Baca Juga: Dewan Pers Terima 401 Aduan Berita Salah, 99 Persen dari Media Online
Data penanganan konten radikalisme dan terorisme dari Kementerian Kominfo tahun 2017 sampai dengan Maret 2019 sudah berjumlah 13.032 konten.
Hasil survei nasional tentang daya tangkal masyarakat terhadap radikalisme dan terorisme yang dilaksanakan BNPT tahun 2019, pengguna media sosial dalam mencari informasi mengenai agama termasuk tinggi dengan skor 39,89, dalam internalisasi kearifan lokal termasuk pemahaman agama.
"Dakwah yang santun dan mencerahkan umat dari tokoh-tokoh agama disampaikan lewat media sosial, tidak hanya sebagai bentuk penyesuaian perkembangan zaman di tengah hadirnya teknologi informasi komunikasi. Melainkan sebagai bentuk upaya melindungi masyarakat khususnya generasi muda dari penyebaran faham-faham intoleransi, radikalisme dan terorisme," katanya.
Berita Terkait
-
Platform Cashback & Referral, Benar Nggak Sih Bisa Beri Keuntungan buat Netizen?
-
Gandeng Banyak Seniman, Starship Siap Debutkan Girl Group KiiiKiii
-
Regulasi Pembatasan Media Sosial untuk Anak: Mengapa Mendesak?
-
Siapa Ratu Sedunia? Ngaku Pewaris Kerajaan Surya Loka Langit, Cairkan Warisan di 17 Negara hingga Berlian 57 Kg!
-
Google Sepakat Ikut Aturan Prabowo untuk Batasi Anak Main Medsos
Terpopuler
- Apa Sanksi Pakai Ijazah Palsu? Razman Arif dan Firdaus Oiwobo Diduga Tak Diakui Universitas Ibnu Chaldun
- Aset Disita gegara Harvey Moeis, Doa Sandra Dewi Terkabul? 'Tuhan Ambil Semua yang Kita Punya...'
- Ragnar Oratmangoen: Saya Mau Keluar dari...
- Ragnar Oratmangoen Tak Nyaman: Saya Mau Kembali ke Belanda
- Bagaimana Nih? Alex Pastoor Cabut Sebulan Sebelum Laga Timnas Indonesia vs Australia dan Bahrain
Pilihan
-
Rusuh Persija vs Persib: Puluhan Orang Jadi Korban, 15 Jakmania, 22 Bobotoh
-
Dukungan Penuh Pemerintah, IKN Tetap Dibangun dengan Skema Alternatif
-
Perjuangan 83 Petani Kutim: Lahan Bertahun-tahun Dikelola, Kini Diklaim Pihak Lain
-
Persija vs Persib Bandung, Ridwan Kamil Dukung Siapa?
-
Jordi Amat Bongkar Dugaan Kasus Pencurian Umur: Delapan Pemain..
Terkini
-
Jatuh ke Laut Saat Mengikat Tali Pukat, Nelayan Asal Asahan Ditemukan Tewas
-
2 Polisi Gadungan Rampas Ponsel Warga di Medan Ditangkap, 1 Pelaku Pecatan Polda Aceh
-
DPO Kasus Perdagangan Imigran Rohingya Ditangkap
-
Kebakaran Hebat di Simeulue Aceh, 48 Ruko Hangus Terbakar
-
Pelajar SD di Simalungun Tewas Tertabrak Truk Saat Naik Sepeda