Scroll untuk membaca artikel
Suhardiman
Rabu, 16 Agustus 2023 | 12:00 WIB
Ilustrasi Bung Karno berbincang dengan rakyat Indonesia. [Instagram/@bung_karno1945]

SuaraSumut.id - Presiden pertama di Indonesia, Ir Soekarno atau disapa Bung Karno merupakan sosok yang memiliki peran besar dalam merebut kemerdekaan Indonesia.

Tak pelak, momen Hari Kemerdekaan yang jatuh setiap tanggal 17 Agustus membuat masyarakat kembali mengingat perjuangannya.

Selain itu, Bung Karno juga dikenal sebagai orator ulung dengan suara lantang dan penuh semangat. Banyak kutipan dari kata-kata Sang Proklamator yang 'abadi' memberikan semangat kepada rakyat dalam berjuang meraih cita-cita.

Berikut 21 kutipan Bung Karno yang cocok untuk memeriahkan HUT RI ke-78:

Baca Juga: 5 Pelanggaran Tidur yang Bisa Buat Jerawat Hadir di Wajah, Sering Dilakuin?

1. Negeri ini, Republik Indonesia, bukanlah milik suatu golongan, bukan milik suatu agama, bukan milik suatu kelompok etnis, bukan juga milik suatu adat-istiadat tertentu, tapi milik kita semua dari Sabang sampai Merauke.

2. Sekali Merdeka tetap Merdeka! Kucetus semboyan: Kita cinta damai, tetapi kita lebih cinta kemerdekaan.

3. Bangsa yang tidak percaya kepada kekuatan dirinya sebagai suatu bangsa, tidak dapat berdiri sebagai suatu bangsa yang merdeka.

4. Perjuanganku lebih mudah karena mengusir penjajah, tapi perjuanganmu akan lebih sulit karena melawan bangsamu sendiri.

5. Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghormati jasa pahlawannya.

Baca Juga: Sosok Pattarra Soimalai, Striker Thailand Tebar Ancaman Jelang Piala AFF U-23 2023 ke Timnas Indonesia U-23

6. Kita bangsa besar, kita bukan bangsa tempe. Kita tidak akan mengemis, kita tidak akan minta-minta, apalagi jika bantuan-bantuan itu diembel-embeli dengan syarat ini, syarat itu! Lebih baik makan gaplek tetapi merdeka, daripada makan bestik tapi budak.

7. Kemerdekaan hanyalah didapat dan dimiliki oleh bangsa yang jiwanya berkobar-kobar dengan tekad merdeka, merdeka atau mati!.

8. Merdeka hanyalah sebuah jembatan, walaupun jembatan emas, di seberang jembatan itu jalan pecah dua: satu ke dunia sama rata sama rasa, satu ke dunia sama ratap sama tangis.

9. Barangsiapa ingin mutiara, harus berani terjun di lautan yang dalam.

10. Kami menggoyangkan langit, menggempakan darat, dan menggelorakan samudera agar tidak jadi bangsa yang hidup hanya dari 2 ½ sen sehari. Bangsa yang kerja keras, bukan bangsa tempe, bukan bangsa kuli. Bangsa yang rela menderita demi pembelian cita-cita.

11. Bangunlah suatu dunia dimana semuanya bangsa hidup dalam damai dan persaudaraan.

12. Dimana perbudakan berada, di sana tidak ada kebebasan, dan dimana kebebasan berada, perbudakan pun tidak ada.

13. Gantungkan cita-cita mu setinggi langit! Bermimpilah setinggi langit. Jika engkau jatuh, engkau akan jatuh di antara bintang-bintang.

14. Apabila dalam diri seseorang masih ada rasa malu dan takut untuk berbuat suatu kebaikan, maka jaminan bagi orang tersebut adalah tidak akan bertemunya ia dengan kemajuan selangkah pun.

15. Kita belum hidup dalam sinar bulan purnama, kita masih hidup di masa pancaroba, tetaplah bersemangat elang rajawali.

16. Apakah kelemahan kita: Kelemahan kita ialah, kita kurang percaya diri kita sebagai bangsa, sehingga kita menjadi bangsa penjiplak luar negeri, kurang mempercayai satu sama lain, padahal kita ini asalnya adalah rakyat gotong royong.

17. Kalau pemuda sudah berumur 21-22 tahun sama sekali tidak berjuang, tak bercita-cita, tak bergiat untuk tanah air dan bangsa, pemuda begini baiknya digunduli saja baiknya.

18. Sebelum kamu mengeluh tentang rasa dari makananmu, pikirkan tentang seseorang yang tidak punya apapun untuk dimakan.

19. Hidup bukanlah tentang "Aku Bisa Saja", namun tentang "Aku Mencoba". Jangan pikirkan tentang kegagalan, itu adalah pelajaran.

20. Orang tidak bisa mengabdi kepada Tuhan dengan tidak mengabdi kepada sesama manusia. Tuhan bersemayam di gubuknya si miskin.

21. Kalau kita tidak bisa menyelenggarakan sandang, pangan di tanah air yang kaya ini, maka sebenarnya kita sendiri yang tolol, kita sendiri yang maha tolol.

Kontributor : M. Aribowo

Load More