- Sepanjang Januari hingga Oktober 2025 tercatat 967 kasus kekerasan terhadap perempuan dan anak di Aceh.
- Kabupaten Aceh Tengah menjadi daerah dengan kasus tertinggi yaitu 136 kasus.
- Banyak kasus kekerasan terjadi di lingkungan rumah tangga dengan pelaku anggota keluarga sendiri.
SuaraSumut.id - Kasus kekerasan terhadap perempuan dan anak di Aceh sepanjang Januari hingga 31 Oktober 2025 tercatat sebanyak 967 kasus.
Kasus kekerasan yang terlaporkan dan sudah terverifikasi terdiri dari 193 anak laki-laki dan 817 perempuan. Hal ini dikatakan oleh Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA), Arifah Fauzi.
"Jadi sekarang yang menjadi korban bukan hanya perempuan saja, tetapi laki-laki juga menjadi korban kekerasan," kata Arifah melansir Antara, Sabtu 8 November 2025.
Namun, Arifah tidak merincikan secara detail bentuk kekerasan apa saja yang dialami oleh korban terlaporkan tersebut, baik anak laki-laki maupun perempuannya.
Untuk daerah dengan kasus tertinggi di Aceh ini yaitu di Kabupaten Aceh Tengah sebanyak 136 orang. Kemudian, disusul Kabupaten Aceh Utara 127 kasus, lalu Kota Banda Aceh 99 kasus.
Sedangkan untuk daerah terendah kasus kekerasan terhadap perempuan dan anak di Aceh tahun ini diantaranya Kabupaten Gayo Lues 13 kasus, Aceh Singkil sembilan kasus, dan terakhir Pidie Jaya delapan kasus.
Data yang disampaikan tersebut hanya berdasarkan laporan diterima mereka, dan mungkin masih banyak lagi yang tidak terlaporkan.
"Ingat, ini terlaporkan ya, yang belum terlaporkan mungkin bisa jadi lebih banyak, karena ini masih fenomena gunung es," ujar Arifah.
Dirinya juga menyampaikan bahwa banyak kasus kekerasan terhadap perempuan dan anak itu terjadi dalam rumah tangga, seperti beberapa kasus kekerasan seksual di Aceh yang didampingi mereka, di mana ada pelakunya ayah tiri, bahkan ayah kandung.
"Sebetulnya rumah ini wilayah aman, tapi justru di dalam rumah tangga ini, angkanya cukup tinggi yang mengalami kekerasan," ujarnya.
Dirinya berharap kepada semuanya dapat memberikan perhatian lebih terhadap persoalan ini agar perempuan dan anak terlindungi.
"Rumah ini seharusnya wilayah yang aman untuk kita semua. Anak-anak maupun perempuan ini menjadi perhatian kita bersama," katanya.
Berita Terkait
-
Karir Ambyar! Brigadir YAAS Dipecat Polda Kepri Usai Aniaya Calon Istri yang Hamil
-
Beras Seharga Nyawa, Warga Pedalaman Aceh Jalan Kaki Sehari Semalam untuk Makan
-
Hari Ibu 2025, Menteri PPPA Serukan Nol Toleransi Diskriminasi dan Kekerasan terhadap Perempuan
-
Lebih dari Sekadar Kenakalan Remaja: Membedah Akar Psikologis Kekerasan Anak
-
Sumur Terakhir dan Bagaimana Mukhlis Mencari Tuhan Seusai Banjir Aceh
Terpopuler
- 8 Promo Makanan Spesial Hari Ibu 2025, dari Hidangan Jepang hingga Kue
- Media Swiss Sebut PSSI Salah Pilih John Herdman, Dianggap Setipe dengan Patrick Kluivert
- 7 Sepatu Murah Lokal Buat Jogging Mulai Rp100 Ribuan, Ada Pilihan Dokter Tirta
- PSSI Tunjuk John Herdman Jadi Pelatih, Kapten Timnas Indonesia Berikan Komentar Tegas
Pilihan
-
Indosat Gandeng Arsari dan Northstar Bangun FiberCo Independent, Dana Rp14,6 Triliun Dikucurkan!
-
Kredit Nganggur Tembus Rp2,509 Triliun, Ini Penyebabnya
-
Uang Beredar Tembus Rp9891,6 Triliun per November 2025, Ini Faktornya
-
Pertamina Patra Niaga Siapkan Operasional Jelang Merger dengan PIS dan KPI
-
Mengenang Sosok Ustaz Jazir ASP: Inspirasi di Balik Kejayaan Masjid Jogokariyan
Terkini
-
Lagi, Pertamina Salurkan 6.720 Tabung LPG 3 Kg ke Aceh Tengah Pascabencana
-
Hashim Djojohadikusumo: Prabowo Tak Punya Lahan Sawit Satu Hektare Pun di Indonesia
-
Perayaan Natal Gereja-gereja Asal Sumut di Jakarta, Isu Lingkungan Jadi Sorotan
-
Ribuan Hektare Lahan Perkebunan di Aceh Timur Rusak Akibat Banjir
-
Pria di Langkat Bunuh Adik Ipar Pakai Kapak