- Seekor anak gajah berumur lima tahun ditemukan mati di kawasan hutan produksi Bener Meriah pada Minggu, 23 November 2025.
- Dugaan awal kematian gajah tersebut adalah akibat konsumsi racun berdasarkan hasil nekropsi tim dokter hewan BKSDA Aceh.
- Penyebab pasti kematian sedang diselidiki lebih lanjut, termasuk ditemukannya pestisida di gubuk dekat lokasi penemuan bangkai.
SuaraSumut.id - Seekor anak gajah Sumatra berusia sekitar lima tahun ditemukan mati di kawasan hutan produksi Desa Rikit Musara, Kecamatan Permata, Kabupaten Bener Meriah.
Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Aceh mengungkapkan gajah betina tersebut mati diduga karena mengonsumsi racun.
Kepala BKSDA Aceh Ujang Wisnu Barata mengatakan tim dokter hewan telah melakukan nekropsi atau bedah terhadap bangkai gajah.
"Hasil nekropsi, dugaan sementara kematian anak gajah tersebut mengonsumsi racun. Selain itu, tidak ada bekas luka di tubuh gajah tersebut," katanya, melansir Antara, Selasa 25 November 2025.
Sebelumnya, bangkai anak gajah itu ditemukan oleh warga pada Minggu 23 November 2025.
Untuk memastikan penyebab kematian anak gajah tersebut, tim mengambil beberapa sampel organ vital anak gajah itu untuk pemeriksaan lebih lanjut di laboratorium.
Berdasarkan hasil pemeriksaan di sekitar lokasi anak gajah mati tersebut ditemukan dua gubuk yang sudah roboh. Tim menemukan pestisida di dalam gubuk roboh tersebut.
"Kasus kematian anak gajah ini sudah dilaporkan ke Polres Bener Meriah guna penyelidikan dan pengembangan lebih lanjut," ujarnya.
Sebelum temuan bangkai anak gajah tersebut, BKSDA Aceh menurunkan tim mencegah interaksi negatif di Desa Rikit Musara. Kawasan gajah dilaporkan masuk pemukiman warga di desa tersebut.
Tim berada di lokasi menghalau kawanan gajah tersebut menjauh dari pemukiman dan kembali ke kawasan hutan.
"Kami sudah menurunkan tim menangani kawanan gajah masuk ke pemukiman masyarakat di Kabupaten Bener Meriah. Saat ini tim sedang menggiring kawanan satwa dilindungi tersebut ke habitatnya," jelasnya.
Penggiringan atau penghalauan kawanan gajah tersebut dilakukan menggunakan bunyi-bunyian nyaring seperti mercon dan lainnya. Penghalauan kawanan gajah agar menjauh dari pemukiman warga tersebut guna mencegah interaksi negatif satwa liar dilindungi tersebut.
"Kami mengimbau masyarakat tetap waspada terhadap interaksi negatif satwa liar dilindungi tersebut," katanya.
Berita Terkait
-
Gerak Cepat Penanganan Banjir: Jembatan Teupin Mane Bireuen Kembali Terhubung
-
Gandeng Vantara India, Kemenhut Revitalisasi Rumah Sakit Gajah Way Kambas
-
Beras Seharga Nyawa, Warga Pedalaman Aceh Jalan Kaki Sehari Semalam untuk Makan
-
Cegah Kematian Gajah Sumatera Akibat EEHV, Kemenhut Gandeng Vantara dari India
-
Warga Bener Meriah di Aceh Alami Trauma Hujan Pascabanjir Bandang
Terpopuler
- 5 Motor Matic Paling Nyaman & Kuat Nanjak untuk Liburan Naik Gunung Berboncengan
- 4 Rekomendasi Cushion dengan Hasil Akhir Dewy, Diperkaya Skincare Infused
- Diminta Selawat di Depan Jamaah Majelis Rasulullah, Ruben Onsu: Kaki Saya Gemetar
- 5 HP OPPO RAM 8 GB Terbaik di Kelas Menengah, Harga Mulai Rp2 Jutaan
- Daftar Promo Alfamart Akhir Tahun 2025, Banyak yang Beli 2 Gratis 1
Pilihan
-
Seni Perang Unai Emery: Mengupas Transformasi Radikal Aston Villa
-
Senjakala di Molineux: Nestapa Wolves yang Menulis Ulang Rekor Terburuk Liga Inggris
-
Live Sore Ini! Sriwijaya FC vs PSMS Medan di Jakabaring
-
Strategi Ngawur atau Pasar yang Lesu? Mengurai Misteri Rp2.509 Triliun Kredit Nganggur
-
Libur Nataru di Kota Solo: Volume Kendaraan Menurun, Rumah Jokowi Ramai Dikunjungi Wisatawan
Terkini
-
Kementerian PU Kerja Siang-Malam Bersihkan Jalan dan Akses Warga di Aceh Tamiang Pascabencana
-
Jalan Nasional di Aceh Tamiang Akhirnya Berfungsi Lagi, Kementerian PU Optimis Kondisi Segera Pulih
-
Kementerian PU Buka Kembali Jembatan Krueng Tamiang, Mobilitas Warga Mulai Pulih
-
Bencana Alam Sumut: 209 Orang Luka-Luka, 60 Masih Hilang!
-
Jalan Nasional Medan-Aceh Tamiang Kembali Dibuka, Warga Bersyukur: Alhamdulillah!