Suhardiman
Senin, 15 Desember 2025 | 11:57 WIB
Ilustrasi bencana alam (Freepik)
Baca 10 detik
  • BPBD Aceh Timur mencatat kerugian awal bencana hidrometeorologi akhir November 2025 mencapai Rp 5,39 triliun.
  • Banjir berdampak pada 267.714 jiwa dan menyebabkan 52 orang meninggal dunia serta kerusakan masif.
  • Penanganan darurat terhambat listrik padam, terputusnya komunikasi, serta sulitnya akses menuju wilayah terisolir.

SuaraSumut.id - BPBD Kabupaten Aceh Timur mengungkapkan data awal kerugian akibat bencana hidrometeorologi. Total kerugian sementara ini diperkirakan mencapai Rp 5,39 triliun.

Plt Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Aceh Timur Afifullah mengatakan kerugian ini bersifat sementara. Pendataan juga masih terus dilakukan.

"Kerugian ini cukup besar dan masih bersifat sementara. Pendataan terus dilakukan karena di lapangan masih banyak wilayah yang terisolir dan belum terjangkau sepenuhnya," kata Afifullah, melansir Antara, Senin 15 Desember 2025.

Banjir yang terjadi akhir November 2025 menyebabkan kerusakan parah. Kerugian mencakup rumah warga, fasilitas umum, infrastruktur, serta dampak ekonomi masyarakat. Adapun kerusakan rumah warga terdiri 6.717 unit rusak berat, 4.671 unit rusak sedang, dan 7.040 unit rusak ringan.

Banjir juga merusak berbagai fasilitas lainnya seperti jembatan, jalan, rumah ibadah, sekolah, meunasah, dermaga, serta fasilitas layanan publik lainnya. Banjir juga berdampak pada 267.714 jiwa dari 64.610 keluarga tersebar di 433 gampong dalam 24 kecamatan.

Dari jumlah warga terdampak, sebanyak 44.941 jiwa dari 11.897 keluarga berada di pengungsian yang tersebar di 689 titik. Sementara itu, 3.434 jiwa dari 1.024 keluarga tidak mengungsi dan memilih bertahan di rumah dengan kondisi terbatas.

"Ketinggian air dilaporkan bervariasi, mulai dari 10 sentimeter hingga mencapai tiga meter di sejumlah wilayah terparah banjir juga menimbulkan korban jiwa sebanyak 52 orang meninggal dunia, sementara 894 orang mengalami luka ringan dan 306 orang luka berat," katanya.

Penanganan banjir di lapangan masih menghadapi berbagai kendala, mulai dari listrik yang padam, terhambatnya operasional transportasi akibat keterbatasan pasokan bahan bakar minyak.

Serta terputusnya jaringan komunikasi, hingga kekurangan perahu karet untuk evakuasi dan distribusi logistik, kata Afifullah.

"Beberapa wilayah masih terisolir karena jembatan rusak, longsor, dan jalan putus. Ini menjadi tantangan besar dalam upaya penanganan darurat," katanya.

Pemerintah daerah bersama unsur terkait, kata dia, terus berkoordinasi untuk mempercepat penanganan darurat, pendistribusian bantuan, serta pendataan lanjutan terhadap dampak banjir.

"Kami mengimbau masyarakat untuk tetap waspada, mengingat potensi cuaca ekstrem masih bisa terjadi. Pemerintah daerah berkomitmen untuk terus hadir dan membantu warga yang terdampak," kata Afifullah.

Load More