Sejarah Gereja Katedral Makassar Jadi Sasaran Bom Bunuh Diri

Bangunan gereja didirikan tahun 1898 pada permulaan tahap kedua kehadiran Gereja Katolik di Makassar.

Suhardiman
Minggu, 28 Maret 2021 | 15:01 WIB
Sejarah Gereja Katedral Makassar Jadi Sasaran Bom Bunuh Diri
Gereja Katedral Makassar [Suara.com/Lorensia Clara Tambing]

SuaraSumut.id - Gereja Katedral Makassar, dahulunya bernama Gereja Katedral Ujung Pandang. Gedung gereja tertua di Kota Makassar ini resminya bernama Gereja Hati Yesus Yang Maha Kudus.

Gereja ini jadi sasaran bom bunuh diri pada Minggu (28/3/2021) pagi. Bangunan gereja didirikan tahun 1898 pada permulaan tahap kedua kehadiran Gereja Katolik di Makassar.

Dimana gereja ini di Arsiteki seorang perwira zeni yang bernama swartbol. Setelah diselesaikan pondasi tembol perwira itu berangkat ke Eropa. Penggantinya ialah S.Fischer, seorang ahli pengairan.

Namun beberapa kali terjadi perombakan pekerjaan karena ia tidak tahu banyak mengenai arsitektur gotik sebagaimana digambar Swartbol.

Seorang cina bernama Thio A Tek menjadi pemborong dan pelaksana pekerjaan pembangunan. Pembangunan ditunda beberapa bulan karena rangka jendela dari besi tidak kunjung tiba dari Nederland.

Baca Juga:6 Cara Membuat Presentasi yang Menarik

Akhirnya setelah kosijn besi tiba langsung dipasang di lobang jendela yang sudah disiapkan lebih dulu dan waktu satu bulan gedung selesai, dengan menara kecil dari besi dan 20 menara mini sebagai perhiasan di pinggir atap.

Pada tahun 1923, seorang dermawan Mr.Scharpff menghadiahkan tiga buah lonceng dan dipasang dimenara besi yang besar, disebelah selatan gereja.

Sebelumnya ada tiga orang pastor yang pertama tiba pada tahun 1525 di kota Makassar adalah misionaris dari negara Portugal, yaitu Pastor Antonio do Reis, Cosmas de Annunciacio, Bernardinode Marvao, dan seorang bruder. Namun baru pada 1548 Pastor Vincente Viegas datang dari Malaka dan ditugasi di Makassar.

Di sana dia melayani para saudara Portugis yang Katolik serta beberapa raja dan bangsawan Sulawesi Selatan yang juga telah dibaptis menjadi Katolik.

Raja Gowa yang pertama memeluk Islam, yaitu Sultan Alauddin (1591–1638 serta beberapa raja penggantinya memberikan kebebasan kepada umat Katolik untuk mendirikan Gereja pada 1633.

Baca Juga:Janji Usut Bom Bunuh Diri Gereja Makassar, Kapolri: Masyarakat Jangan Panik

Jatuhnya Malaka ke tangan VOC dan perjanjian Batavia 19 Agustus 1660) menyebabkan Sultan Hasanuddin diharuskan mengusir semua orang Portugis dari Makassar (1661).

Sultan mengatur dengan baik keberangkatan orang-orang Portugis. Bruder Antonio de Torres yang mengasuh sebuah sekolah kecil untuk anak laki-laki meninggalkan Makassar pada 1668.

Selama 225 tahun tidak ada pastor yang menetap di Makassar. Orang-orang Katolik yang masih ada hanya sekali-sekali dilayani dari Surabaya atau Larantuka.

Pada 1892, Pastor Aselbergs, SJ, dipindahkan dari Larantuka menjadi Pastor Stasi Makassar (7 September 1892) dan tinggal di suatu rumah mewah di Heerenweg (kini Jalan Hasanuddin).

Tahun 1895 dibelilah sebidang tanah dan rumah di Komedistraat (kini Jl. Kajaolalido), lokasi gedung gereja sekarang. Gereja dibangun pada tahun 1898 selesai 1900, direnovasi dan diperluas pada tahun 1939, selesai pada 1941 dengan bentuk seperti saat ini.

Pada 13 April 1937 wilayah Sulawesi Selatan dan Tenggara dijadikan Prefektur Apostolik Makassar oleh Sri Paus di Roma, dan dipercayakan kepada misionaris CICM, dengan Mgr. Martens sebagai prefek.

Pada 13 Mei 1948 menjadi Vikariat Apostolik Makassar, dan tanggal 3 Januari 1961 menjadi Keuskupan Agung Makassar.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini