SuaraSumut.id - Bupati Aceh Selatan Tgk Amran mengaku harimau Sumatera dan satwa dilindungi lainnya merupakan kekayaan alam yang harus dilindungi.
Sehingga bisa diwariskan kepada generasi mendatang. Ia pun menceritakan bahwa harimau pernah dibantu harimau ketika tersesat di hutan.
"Masyarakat Aceh Selatan selama ini hidup berdampingan dengan harimau. Pada saat konflik, saat saya di gunung, harimau menjadi petunjuk ketika tersesat," katanya, melansir Antara, Senin (30/8/2021).
Ia menyesalkan dan prihatin tiga harimau Sumatera (panthera tigris sumatrae) mati terkena jerat di kawasan hutan di Kecamatan Meukek.
Baca Juga:Cara Repost Instagram Stories, Praktis dan Simpel
"Kami sesalkan dan prihatin tiga harimau ditemukan mati. Kami minta penegak hukum mengusut tuntas matinya tiga harimau Sumatera tersebut," katanya.
Dirinya mendapat informasi bahwa jerat tersebut merupakan perangkat babi. Biasanya yang memasang jerat babi adalah orang luar Aceh Selatan.
Sebab, kata Amran, masyarakat Aceh Selatan yang mencari nafkah di hutan tidak memasang jerat yang menyebabkan kematian satwa dilindungi seperti harimau.
Diketahui, tiga harimau Sumatera ditemukan mati terkena jerat di tua titik terpisah di kawasan hutan di Gampong (desa) Ie Buboh, Kecamatan Meukek, Kabupaten Aceh Selatan.
Tiga harimau tersebut, satu induk betina diperkirakan berusia 10 tahun dan dua anakan, jantan dan betina dengan usia diperkirakan 10 bulan. Anakan jantan ditemukan mati terjerat di lokasi terpisah.
Baca Juga:Pedagang Mainan Girang Sekolah di Jakarta Dibuka Lagi: Anak di Rumah Main Game jadi Bandel
Lokasi satwa dilindungi itu mati berada di kawasan hutan lindung yang berbatasan dengan areal penggunaan lain (APL).
Indukan dan anak harimau betina ditemukan mati lima hari setelah ditemukan. Sedangkan anakan jantan mati tiga hari saat ditemukan.