Harimau Sumatera Mati Akibat Manultrisi Kronis Dimusnahkan

Bangkai harimau berjenis kelamin betina berusia sekitar 10 tahun itu telah dimusnahkan dengan cara dibakar.

Suhardiman
Rabu, 03 November 2021 | 16:11 WIB
Harimau Sumatera Mati Akibat Manultrisi Kronis Dimusnahkan
Harimau sumatera yang mati akibat manultrisi kronis dimusnahkan dengan cara dibakar. [ANTARA]

SuaraSumut.id - Harimau Sumatera yang menjalani rehabilitasi di kandang Tempat Penyelamatan Satwa (TPS) BKSDA Jambi, mati akibat malnutrisi kronis pada Selasa (2/11/2021). Bangkai harimau berjenis kelamin betina berusia sekitar 10 tahun itu telah dimusnahkan dengan cara dibakar.

"Setelah diperiksa atau dilakukan nekropsi (bedah bangkai) dan diambil beberapa jenis organ tubuh harimau untuk diteliti untuk memastikan penyebab kematiannya, bangkai harimau dibakar guna menghindari hal negatif nantinya," kata Kepala BKSDA Jambi, Rahmad Saleh, melansir Antara, Rabu (3/11/2021).

Dugaan sementara penyebab matinya harimau karena malnutrisi kronis. Dari hasil pemeriksaan laboratorium darah (kimia dan hematologi) menggambarkan bahwa harimau mengalami anemia berat, (gambaran Hb 5,81 gal, normalya 8-15 g/dl), dehidrasi yang sangat berat.

Dari hasil pemeriksaan nekropsi (bedah bangkai) menunjukkan beberapa perubahan yang signifikan seperti membran mukosa yang pucat, mata yang sangat cekung, konjungtiva pucat, organ lambung hingga usus yang mengalami perlukaan, masa otot/daging yang sangat tipis dan satwa mengalami patah tulang (fraktur obligue humerus dektra) sehingga menyulitkan satwa dalam berburu makanan/mangsa.

Baca Juga:Istri Selingkuh dengan Bos, Suaminya Makin Sering Naik Jabatan

Dari gambaran perubahan baik dari pemeriksaan darah maupun gambaran perubahan organ secara nekropsi maka dapat disimpulkan sementara bahwa penyebab kematian harimau sumetera itu adalah malnutrisi kronis dan selanjutnya untuk mengetahui secara pasti penyebab kematian harimau ini kami akan mengirimkan sampel organ tubuh harimau ke laboratorium PSSP (Pusat Study Satwa Primata).

Kondisi satwa saat pertama masuk di Tempat Penyelamatan Satwa Balai KSDA Jambi dalam kondisi yang sangat buruk (kurus kering), malnutrisi, letargi, nafsu makan buruk, terlihat kaki kanan depan membengkak dan tidak digunakan untuk berjalan.

Mulai 17 Oktober 2021 telah dilakukan tindakan medis berupa pemberian obat- obatan vitamin (supportif), anti inflamasi dan anlgesik serta pemberian pakan berupa ayam hidup dua ekor dengan berat 2,5.

Pada 18 hingga 27 Oktober 2021 diberikan makan secara berkala yaitu ayam, kelinci, hati sapi serta vitamin (supportif) anti inflamasi dan anlgesi serta antibiotik namun seringkali makanan tersebut tidak dihabiskan.

"Kita juga sudah melakukan tindakan medis oleh tim medis Balai KSDA Jambi dipimpin oleh drh Yuli Akhmal dan drh Zulmanudin bersama dengan drh Sugeng Dwi Hastono dari Amanah Veterinary Services, Lampung berupa pembiusan untuk pemeriksaan fisik, pengambilan sampel darah dan feses hasil pemeriksaan sampel feses ditemukan telur cacing Cooperia sp," katanya.

Baca Juga:Pacar Rutin Jenguk Hanna Kirana Minggu Ini, Syok Dengar Kabar Meninggal

Berdasarkan pemeriksaan radiologi diketahui kaki kanan depan mengalami fraktur atau patah (Fraktur oblique humerus dextra) dan luxatio dan hasil pemeriksaan darah (laboratorium) menunjukkan malnutrisi dan pihak BKSDA Jambi juga telah memberikan harimau tersebut ayam broiler dan hati ayam namun tidak dimakan.

"Siang dan malam hari diberikan pakan berupa hati sapi (dimakan) dan satwa masih mau minum. Tindakan medis yang dilakukan berupa pemberian vitamin dan bio energy namun satwa terlihat masih berbaring dan lemas," kata Rahmad Saleh.

Hingga pada Selasa 2 November 2021 sekitar pukul 02.00 dilakukan pengecekan ulang dan terlihat satwa hanya berbaring, lemas, respon kurang (letargi), kepala masih diangkat namun iletakkan kembali. Sekitar pukul 07.00 WIB dilakukan pengecekan ulang dan diketahui satwa telah mati.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini