SuaraSumut.id - Mantan Menteri Komunikasi dan Informatika, Tifatul Sembiring turut buka suara terkait polemik rendang babi yang menghebohkan publik di tanah air.
Ia bahkan menyebut adanya sosok yang mengaku Gus turunan ulama memberi komentar mengenai rendang bani yang sedang heboh, tapi justru malah membuat bingung umat.
Pernyataan bernada menyindir ini disampaikan Tifatul Sembiring lewat cuitan di twitter @tifsembiring pada Selasa (21/6/2022).
Tifatul menyampaikan jika William Wongso, seorang pakar kuliner terkenal Indonesia lebih memahami inti masalah polemik rendang babi, dibandingkan sosok yang mengaku Gus tersebut.
Baca Juga:Transformasi Digital Membuat UMKM Semakin Berkembang, Siap Tangkap Peluang Memasuki Endemi
"Pak William Wongso saja faham inti polemik tentang Rendang Padang babi ini. Poinnya itu karena ada sisipan kata 'Padang'," tulisnya.
Menurutnya, sosok mengaku Gus itu mestinya memberikan pencerahan kepada umat, bukan malah menyampaikan pernyataan yang membuat gaduh dan bingung umat.
"Ini malah ngaku Gus, turunan ulama kok justru malah bikin bingung ummat. Kasih pencerahan bukan caper," tulisnya.
Dalam cuitannya, Tifatul juga menautkan link berita media online yang menuliskan pernyataan William Wongso kalau Rendang Padang babi memang salah kaprah, dan tak pantas membawa nama Padang.
Cuitan tersebut membuat warganet bertanya siapa sosok Gus yang dimaksud Tifatul. Tak disangka ada warganet yang menduga kalau sindiran itu ditujukan ke Gus Miftah.
Baca Juga:Yang Perlu Anda Tahu Seputar Celana Dalam, Mana yang Terbaik Untuk Kesehatan Organ Intim?
"Emang cak miftah keturunan ulama?
Anak nabi aja belum tentu baik...heee," balas warganet.
Diketahui, Gus Miftah sempat membuat heboh karena mempertanyakan sejak kapan rendang memiliki agama.
Namun, ada juga warganet yang tidak setuju dengan pendapat Tifatul Sembiring.
"Confirmation bias itu pilih ahli masak daripada ahli agama hanya karena yang sesuai pendapatnya. Kaya gini jadi menteri informasi gimana mau bahas machine learning tangkal misinformasi," timpal warganet.
Kontributor : M. Aribowo