"Kalau bicara politik ketiganya punya hubungan dengan oligarki, oligarki artinya persengkongkolan antara penguasa dan pengusaha," cetus Ryanda.
"Mereka juga dibaliknya adalah pengusaha tambang, pengusaha HTI Hutan Tanamam Industri, pemilik perkebunan, pengusaha industri ekstraktif lainnya, nah, sama saja," sambungnya.
Ryanda menjelaskan bahwa ketiga capres-cawapres itu sumber-sumber pendanaannya setelah telusuri berasal dari ekonomi ekstraktif yang sumbernya pengerukan sumber daya alam secara langsung.
Hal senada juga disampaikan Direktur Green Justice Indonesia, Dana Prima Tarigan. Ia mengatakan ketiga capres-cawapres mendorong investasi sebesar-besarnya.
"Tidak satu pun dari calon presiden itu jelas visinya terkait lingkungan, semuanya mendorong investasi sebesar-besarnya," jelasnya.
Dana mencontohkan ironi terjadi saat pemerintah menyampaikan energi terbarukan dengan penggunaan mobil listrik.
"Satu contoh nikel, baterai listrik, kita ini mendorong kota-kota besar di Eropa dan kota-kota besar di Indonesia misalnya untuk menggunakan mobil listrik, tapi di Sulawesi misalnya itu terjadi penghancuran sebesar-besarnya dan itu tidak menjadi pertimbangan oleh penguasa," ungkapnya.
Dana menilai isu kerusakan lingkungan, seperti tidak menjadi poin penting untuk pemerintah pada saat ini.
"Isu lingkungan malah dinafikan dipinggirkan, untuk kepentingan investasi, semua calon sepertinya mengarah ke arah situ," kata Dana.
Kontributor : M. Aribowo