SuaraSumut.id - Bank Indonesia (BI) mendorong Pemerintah Aceh untuk melakukan inisiatif optimalisasi sistem resi gudang (SRG) yang dikelola oleh profesional untuk komoditas beras.
Hal ini bertujuan untuk menstabilkan pasokan gabah dan menjaga lonjakan angka inflasi dari sektor bahan pangan.
"Dan juga meningkatkan kualitas pengolahan atau penggilingan padi di Aceh untuk menjadi beras kualitas super," kata Kepala Bank Indonesia Aceh Rony Widijarto melansir Antara, Kamis (22/2/2024).
Menurutnya, hal tersebut penting dilakukan mengingat pasokan beras Aceh sering kali didatangkan dari luar Aceh pada periode- periode tertentu.
Apabila dihitung secara tahunan, produksi beras Aceh mengalami surplus. Gabah dari Aceh dijual ke Sumatera Utara untuk diolah, kemudian beras dijual kembali ke Aceh.
"Kondisi ini menyebabkan harga beras dapat meningkat lebih tinggi daripada harga lokal," ungkapnya.
Tentunya beras lokal berpotensi kalah saing dengan beras luar daerah yang kualitas lebih baik, sehingga akan berdampak pada berkurang pendapatan masyarakat.
Oleh karena itu, penting bagi Pemprov Aceh untuk optimalisasi sistem resi gudang yang dikelola oleh profesional dan meningkatkan kualitas pengolahan atau penggilingan padi di Aceh.
Selain itu, pihaknya juga meminta agar Aceh melakukan kerja sama antar daerah (KAD) guna memastikan ketersediaan beras di Aceh. KAD tersebut dapat dilakukan dalam bentuk gabah, untuk menstabilkan pasokan gabah di Aceh sepanjang tahun.
"Ataupun dapat dilakukan langsung dengan berbentuk beras dengan upaya menstabilkan pasokan sepanjang tahun," katanya.