Literasi Keuangan Rendah, Guru Jadi Korban Utama Pinjol Ilegal

Sedangkan indeks literasi keuangan di angka 49,68 persen.

Suhardiman
Kamis, 25 April 2024 | 07:05 WIB
Literasi Keuangan Rendah, Guru Jadi Korban Utama Pinjol Ilegal
Ilustrasi pinjol ilegal. [Freepik/tonodiaz]

SuaraSumut.id - Rendahnya tingkat literasi keuangan di masyarakat menjadi salah satu faktor utama maraknya kasus pinjaman online (pinjol) ilegal. Hal ini diungkapkan oleh Deputi Direktur Pelaksanaan Edukasi Keuangan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Halimatus Syadiah.

Menurutnya, di balik tingkat inklusi keuangan yang cukup tinggi, banyak dari masyarakat yang masih belum dibekali kemampuan literasi keuangan yang mencukupi.

"Dari 100 orang, ini yang sudah akses (layanan keuangan) ada 85, tapi yang sudah paham baru 49 orang. Jadi inklusinya sudah ada, tapi literasinya masih belum," katanya melansir Antara, Kamis (25/4/2024).

Berdasarkan data OJK, indeks inklusi keuangan tercatat meningkat 85,1 persen. Sedangkan indeks literasi keuangan di angka 49,68 persen.

"(Literasi keuangan) ini masih cukup tinggi sehingga menjadi tantangan, sehingga kita selalu berupaya untuk meningkatkan lagi," ucapnya.

Kesenjangan yang cukup tinggi itulah yang menjadi salah satu faktor tingginya korban pinjol ilegal di masyarakat. Halimatus menyampaikan bahwa hingga saat ini, masih banyak dari masyarakat yang terjerat praktik pinjol ilegal.

Sebanyak 42 persen korban dari pinjol ilegal adalah guru. Angka tersebut melebihi korban lainnya seperti orang yang terkena PHK 21 persen, ibu rumah tangga 18 persen, karyawan 9 persen dan pelajar 3 persen.

Sejumlah penyebab guru yang terjebak pinjol ilegal disebabkan salah satunya karena penghasilan guru yang tergolong rendah sedangkan banyak kebutuhan yang harus dipenuhi.

Selain itu, rendahnya literasi keuangan juga turut memengaruhi keputusan untuk mengambil layanan pinjol ilegal.

"Sebanyak 28 persen dari korban pinjol ini, mereka mengatakan tidak tahu, tidak bisa membedakan mana yang legal maupun yang ilegal," jelasnya.

Oleh karena itu, OJK memiliki sejumlah inisiatif dan strategi untuk mewujudkan masyarakat yang terliterasi, terinklusi dan terlindungi, salah satunya melalui penerbitan buku seri literasi keuangan untuk beberapa tingkat masyarakat.

Penguatan sinergi dan aliansi strategis juga dilakukan dengan meningkatkan sinergi antar kementerian/lembaga, regulator, pelaku industri jasa keuangan dan seluruh pemangku kepentingan (stakeholder).

Pendidik sekaligus pendiri Sekolah Cikal Najeela Shihab mengatakan bahwa saat ini terjadi pertumbuhan akses keuangan yang cukup tinggi, namun belum diikuti tingkat literasi yang cukup.

Menurutnya, peningkatan literasi keuangan harus di pelajari sejak dini melalui lingkungan keluarga maupun sekolah.

"Kualitas hubungan dalam keluarga menentukan kualitas literasi finansial," katanya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini