- BMKG memprediksi peluang La Nina terjadi di Indonesia pada akhir 2025 mencapai 50-70 persen.
- La Nina yang diperkirakan terjadi termasuk kategori lemah dengan dampak terbatas pada pola iklim nasional.
- Suhu laut hangat di perairan Indonesia dapat meningkatkan curah hujan dan memicu potensi bencana hidrometeorologi.
SuaraSumut.id - Fenomena La Nina diprediksi akan datang ke wilayah Indonesia. Kapan fenomena ini tiba di Indonesia? Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyatakan peluang terjadinya fenomena La Nina di Indonesia pada akhir 2025 mencapai 50-70 persen.
Koordinator Pusat Layanan Iklim BMKG, Supari, mengatakan potensi La Nina yang terbentuk berada pada kategori lemah.
"Meskipun demikian, potensi La Nina yang terbentuk diperkirakan hanya berada pada kategori lemah sehingga dampaknya terhadap pola iklim nasional relatif terbatas," katanya, melansir Antara, Kamis 9 Oktober 2025.
Supari mengatakan pendinginan suhu muka laut di wilayah Pasifik tengah–timur yang menjadi indikator La Nina tidak akan terlalu signifikan.
BMKG memprakirakan jika kondisi ini benar-benar terjadi, La Nina yang terbentuk termasuk kategori lemah, dengan dampak yang tidak sebesar La Nina sedang atau kuat.
Pada kondisi La Nina lemah, perubahan sirkulasi atmosfer seperti penguatan angin pasat dan peningkatan konveksi di wilayah barat Pasifik memang masih mungkin terjadi.
Namun intensitasnya tidak cukup kuat untuk menimbulkan anomali curah hujan ekstrem di sebagian besar wilayah Indonesia.
"Secara umum, tidak memberikan peningkatan curah hujan yang besar di Indonesia. Pengaruhnya lebih terbatas dan bersifat lokal," ujarnya.
BMKG juga mencatat suhu muka laut (SST) di perairan Indonesia saat ini terpantau dalam kondisi hangat.
Kondisi ini diperkirakan tetap berlanjut dan memberikan kontribusi signifikan terhadap peningkatan aktivitas konvektif di atmosfer.
"Suhu laut yang hangat di sekitar perairan Indonesia berpotensi meningkatkan curah hujan hingga 150 persen dari normalnya, terutama di wilayah Sumatera bagian selatan, Jawa, Bali, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Kalimantan bagian tengah dan selatan, serta Sulawesi," ungkap Supari.
BMKG mengingatkan pemerintah daerah dan masyarakat untuk tetap mewaspadai potensi peningkatan curah hujan yang bisa memicu bencana hidrometeorologi seperti banjir, tanah longsor, dan genangan, terutama di wilayah dengan topografi curam dan sistem drainase yang kurang baik.
"Meski La Nina yang diprediksi bersifat lemah, kondisi suhu laut hangat di Indonesia dapat memperkuat potensi hujan lebat di beberapa daerah," jelasnya.
BMKG akan terus melakukan pemantauan dan pembaruan informasi iklim secara berkala untuk memastikan kesiapsiagaan seluruh pihak dalam menghadapi dinamika atmosfer yang terus berubah.