Scroll untuk membaca artikel
Chandra Iswinarno
Minggu, 10 Januari 2021 | 15:49 WIB
Ilustrasi pesawat maskapai Sriwijaya Air. [Antara/Suriani Mappong]

SuaraSumut.id - Pesawat Sriwijaya Air SJ-182 rute Jakarta-Pontianak hilang kontak dan diduga jatuh di Kepulauan Seribu, pada Sabtu (9/1/2021).

Tragedi itu menyisakan kisah bagi Osneti Warga Koto Lampung, Padang Pariaman, Sumatera Barat.

Pasalnya, hasil rapid test antigen yang digunakan sudah kadaluarsa. Awalnya, ia bersama tiga saudaranya hendak ke Pontianak.

Kedatangan mereka guna menghadiri pesta pernikahan anak kakaknya. Mereka tiba di Bandara Soekarno-Hatta sekitar pukul 10.30 WIB.

"Kami berempat menggunakan rapid test antigen, dan kata petugas sudah kadaluarsa. Kami ditawarkan untuk di swab di bandara yang sudah disediakan," katanya kepada SuaraSumbar.id, Minggu (10/1/2021).

Baca Juga: Sebut Korban Sriwijaya Air Bandel Tak Matikan HP, Anisa Bahar Kena Semprot!

Ia menyebut, petugas menawarkan untuk melakukan test di Bandara dan biaya Rp 800 ribu.

"Kami ditawarkan swab test di bandara, tapi hasilnya keluar dua hari. Kalau dua hari, berarti tidak sempat menghadiri pesta," terangnya.

Karena tak jadi berangkat, Osneti kembali ke rumah adiknya di Jakarta. Kemudian informasi kecelakaan pesawat diterimanya sore harinya.

"Sorenya, sekitar pukul 16.00 WIB kami membaca berita pesawat yang akan kami tumpangi mengalami kecelakaan. Setelah menerima informasi, kami sangat sedih bercampur haru," katanya.

"Mungkin ini adalah jalan dari tuhan, sehingga kami selamat dari kecelakaan dan masih diberikan kesempatan untuk hidup hingga sekarang," jelasnya.

Baca Juga: Potongan Tubuh di Lokasi Sriwijaya Air Jatuh Belum Teridentifikasi

Osneti hingga kini mengaku masih di Jakarta dan belum tau kapan bertolak kekampungnya. Ia menyebut masih trauma dengan peristiwa itu.

"Belum tau sih kapan balik ke Padang, apakah naik pesawat atau naik bus," pungkasnya.

Load More