Scroll untuk membaca artikel
Chandra Iswinarno
Kamis, 21 Januari 2021 | 17:35 WIB
Orang tua Adam dan Aris tak kuasa menahan tangis saat konferensi pers di RSUP Haji Adam Malik [Suara.com/Muhlis]

"Kalau makan mereka ditanggung rumah sakit, kecuali kebutuhan lain seperti pampersnya, itu kami. Iya pengennya bisa bawa pulang, sudah rindu sama kampung halaman," kata Nur.

dr Erjan Fikri M.Surg, SpBA (K) mengatakan, dalam operasi pemisahan Adam dan Aris dilakukan agak lebih lama, yakni hampir 10 jam.

Menurut Erjan, tindakan pembiusan dan penanganan yang cukup lama akan memancing reaksi inflamasi. Namun, hal itu tidak dapat dielakkan lantaran kondisi liver kedua bayi yang cukup tebal.

"Dan yang sulit liver ini seperti gabus, tidak dengan mudah dihentikan pendarahannya," ujarnya.

Baca Juga: Upaya Pemkot Medan Pulihkan Perekonomian di Tengah Pandemi Corona

Ia mengatakan, dengan kelengkapan peralatan disediakan, pendarahan pada bagian dada selebar 6x8 sampai 9 centimeter dapat diselesaikan.

"Pelan-pelan dapat kami selesaikan. Karena operasi lama tentu risiko, makanya kami bekerjasama dengan anastesi untuk dibius dulu, kalau anaknya lompat-lompat kan gak bisa kerja," ungkapnya.

Setelah dilakukan pembiusan, dilanjutkan oleh tim dokter ahli bedah plastik untuk "mendesain" proses pembedahan.

Langkah terakhir sebelum selesai proses operasi adalah melakukan penutupan terhadap kulit kedua bayi setelah selesai pembedahan.

"Dokter utama dan dokter Frank sebagai ahli bedah plastik. Kemudian baru saya bersama dokter Samsudin untuk melakukan bedah pemisahan," katanya.

Baca Juga: Satgas: Total 17.150 Pasien Covid-19 Sembuh di Sumut

Dokter Bedah Plastik, dr Utama Abdi Tarigan, Sp.BP - RE (K) mengaku, terkait luka pada kulit Adam dan Aris masih bisa tertutup meski merupakan luka yang lebih besar dari sebelumnya.

Load More