SuaraSumut.id - Wali Kota Medan Bobby Nasution memakai pakaian adat Toba pada saat memperingati Hari Lahir Pancasila 1 Juni 2021.
Dengan pakaian kebesaran Toba yang mayoritas dominasi warna merah dengan bahan ulos, Bobby Nasution tampak gagah.
Terlebih juga Bobby memegang tongkat panjang berukir etnik. Lantas pesan apa yang ingin disampaikan Bobby?
Kepala Badan Kebudayaan (BKN) Sumatera Utara, Idris Pasaribu menyebut, bahwa Bobby Nasution ingin mencerminkan Bhineka Tunggal Ika yang beragam namun memiliki rasa kebersamaan yang tinggi.
"Saya menyatakan Bobby memang seorang nasionalis sejati. Sebagai etnik Mandailing tapi dia memakai pakaian Toba, menunjukkan sikap bahwa di Sumut, etnik itu adalah milik bersama," kata Idris Pasaribu Selasa (1/6/2021) sore.
Apakah itu pakaian adat yang biasa dipakai saat perang dahulu?
"Saya tidak melihat itu pakaian perang, tapi pakaian adat dalam berbagai upacara adat," katanya.
Menurut Idris, Medan merupakan kota beradat dan beradab dan pembangunannya dilaksanakan dengan penuh kekeluargaan penuh dinamika yang beradab.
"Beradab lebih tinggi dari bermartabat," pungkas Idris Pasaribu menekankan.
Baca Juga: Arti dari Asmaul Husna Adalah Nama-nama Allah yang Baik, Ini Selengkapnya
Budayawan macam Irwansyah Harahap turut berkomentar positif terhadap pilihan Bobby Nasution mengenakan pakaian adat Toba.
Ia mengaku, dengan pakaian adat Toba Bobby ingin menunjukkan semangat keberagaman atau pluralitas masyarakat kota Medan.
"Kebetulan dalam rangka hari kelahiran pancasila tahun ini beliau memilih puak Toba. Pesan yang bisa disampaikan adalah wali kota menyiratkan bahwa kerja perubahan dalam menata kota, ekspresi kebudayaan masyarakat menjadi hal penting, sebagai gambaran dan citra kota," ujarnya.
Yang menarik adalah analisisnya, bahwa Bobby Nasution juga ingin menunjukkan keberanian dalam menyongsong perubahan.
"Tunggal panaluan" yang dipegang merupakan simbol "keberanian" untuk memulai atau menginisiasi segala bentuk perubahan kota, menjadi lebih baik ke depan," beber Irwansyah.
Budayawan yang juga peneliti Balai Bahasa Sumut Suyadi San mengatakan, orang-orang Medan memiliki sikap terbuka kepada kaum pendatang. Apalagi sejak menjadi govermen, Medan tersegregasi ke dalam beberapa tempatan. Medan pun menjadi kota yang multikultur.
Berita Terkait
-
Ikuti Upacara Hari Lahir Pancasila, Bobby Nasution Berpakaian Adat Batak Toba
-
Gerak Cepat Bobby Nasution Tangani Covid-19 Diprediksi Akan Berjalan Efektif
-
LRT Segera Dibangun di Medan, Bobby Nasution: Kita Optimalkan Transportasi Massal
-
2 Lingkungan di Medan Diisolasi, Bobby Nasution Jamin Makan dan Vitamin Warga
-
Bobby Nasution Akan Buka Kembali Layanan Test Antigen yang Digerebek Polisi di Medan
Terpopuler
- 5 Motor Matic Paling Nyaman & Kuat Nanjak untuk Liburan Naik Gunung Berboncengan
- 4 Rekomendasi Cushion dengan Hasil Akhir Dewy, Diperkaya Skincare Infused
- Diminta Selawat di Depan Jamaah Majelis Rasulullah, Ruben Onsu: Kaki Saya Gemetar
- 5 HP OPPO RAM 8 GB Terbaik di Kelas Menengah, Harga Mulai Rp2 Jutaan
- Daftar Promo Alfamart Akhir Tahun 2025, Banyak yang Beli 2 Gratis 1
Pilihan
-
Seni Perang Unai Emery: Mengupas Transformasi Radikal Aston Villa
-
Senjakala di Molineux: Nestapa Wolves yang Menulis Ulang Rekor Terburuk Liga Inggris
-
Live Sore Ini! Sriwijaya FC vs PSMS Medan di Jakabaring
-
Strategi Ngawur atau Pasar yang Lesu? Mengurai Misteri Rp2.509 Triliun Kredit Nganggur
-
Libur Nataru di Kota Solo: Volume Kendaraan Menurun, Rumah Jokowi Ramai Dikunjungi Wisatawan
Terkini
-
Kementerian PU Kerja Siang-Malam Bersihkan Jalan dan Akses Warga di Aceh Tamiang Pascabencana
-
Jalan Nasional di Aceh Tamiang Akhirnya Berfungsi Lagi, Kementerian PU Optimis Kondisi Segera Pulih
-
Kementerian PU Buka Kembali Jembatan Krueng Tamiang, Mobilitas Warga Mulai Pulih
-
Bencana Alam Sumut: 209 Orang Luka-Luka, 60 Masih Hilang!
-
Jalan Nasional Medan-Aceh Tamiang Kembali Dibuka, Warga Bersyukur: Alhamdulillah!