SuaraSumut.id - Sebanyak 800 pelajar di Sumatera Utara (Sumut) tidak lagi melanjutkan sekolah saat pembelajaran tatap muka (PTM) kembali dimulai.
Direktur Pusat Kajian dan Perlindungan Anak (PKPA) Sumut, Keumala Dewi menyayangkan hal tersebut. Ia mengaku, seharusnya hal itu dapat dicegah melalui pemantauan dari berbagai pihak.
"Untuk anak yang sudah bekerja atau menikah, pemerintah seharusnya bisa memastikan pendidikan mereka melalui pendidikan paket. Hal ini bisa disesuaikan dengan waktu dan kondisi anak," katanya, melansir digtara.com--jaringan suara.com, Rabu (29/9/2021).
Ia berharap, pemerintah Sumatera Utara, khususnya kepada Kadis Pendidikan agar anak-anak yang putus sekolah harus tetap mendapatkan pendidikan, karena itu adalah hak mereka dapat mengenyam bangku sekolah.
"Jangan sampai benar-benar sampai terputus akses dan hak anak untuk mendapat pendidikan, karena sistem pendidikan kita memberikan alternatif melalui program kejar paket," katanya.
Sebelumnya, Kepala Dinas Pendidikan Provinsi Sumatera Utara, Syaifuddin mengatakan, ada beragam faktor membuat mereka berhenti, seperti terlalu lama libur atau belajar online, ada yang sudah bekerja.
"Ada juga yang sudah menikah, kalau ditotal alasan itu jumlahnya mencapai 800 pelajar," katanya, melansir Antara, Selasa (28/9/2021).
Meksi sudah menerapkan PTM, kata Syaifuddin, pihaknya tetap hati-hati agar tidak memicu terjadinya klaster baru penyebaran Covid-19. Beberapa kebijakan sudah dirumuskan dalam instruksi Gubernur Sumatera Utara terkait aturan-aturan dalam PTM tersebut.
"Selain protokol kesehatan yang ketat, kantin sekolah juga belum bisa dibuka. Vaksinasi terhadap guru dan siswa juga terus kita lakukan," katanya.
Baca Juga: Menteri ATR/Kepala BPN Ingatkan Pentingnya Prestasi, Kompetensi, dan Reputasi
Dirjen PAUD-Dikdas dan Dikmen Kemendikbud Ristek RI, Jumeri mengaku, perlu kerjasama antara jajaran pemerintah hingga pihak sekolah dalam melakukan tindakan pencegahan penyebaran Covid-19.
"Kerjasama kita semua dalam menerapkan protokol kesehatan menjadi sebuah keharusan," katanya.
Ia menjelaskan, PTM menjadi hal yang penting mengingat munculnya fenomena pengurangan siswa selama pembelajaran jarak jauh akibat pandemi Covid-19.
"Ada yang mereka putus sekolah karena keasyikan bekerja dapat duit dan banyak faktor lain," pungkasnya.
Berita Terkait
-
Jelang Pembelajaran Tatap Muka, Ini yang Bisa Ibu Lakukan Untuk Kurangi Kekhawatiran
-
800 Pelajar di Sumut Tak Lagi Masuk Sekolah Saat PTM Dimulai
-
Jelang Pembelajaran Tatap Muka, LPEI Gelar Vaksinasi Covid-19 bagi Pelajar di Sleman
-
TOK! Kabupaten Karimun Mulai Lakukan Pembelajaran Tatap Muka 1 Oktober 2021
-
Sekolah dan Kampus di Sulawesi Selatan Gelar Pembelajaran Tatap Muka Dengan Prokes
Terpopuler
- 5 HP RAM 8 GB Memori 256 GB Harga Rp1 Jutaan, Terbaik untuk Pelajar dan Pekerja
- 7 Sepatu Adidas Diskon hingga 60% di Sneakers Dept, Cocok Buat Tahun Baru
- 5 Mobil Bekas yang Anti-Rugi: Pemakaian Jangka Panjang Tetap Aman Sentosa
- Diminta Selawat di Depan Jamaah Majelis Rasulullah, Ruben Onsu: Kaki Saya Gemetar
- Kencang bak Ninja, Harga Rasa Vario: Segini Harga dan Konsumsi BBM Yamaha MT-25 Bekas
Pilihan
-
Kaleidoskop Sumsel 2025: Menjemput Investasi Asing, Melawan Kepungan Asap dan Banjir
-
Mengungkap Gaji John Herdman dari PSSI, Setara Harga Rumah Pinggiran Tangsel?
-
Aksi Adik Kandung Prabowo yang Makin Mencengkeram Bisnis Telekomunikasi
-
Sesaat Lagi! Ini Link Live Streaming Final Futsal ASEAN 2025 Indonesia vs Thailand
-
Cerita 1.000 UMKM Banyuasin: Dapat Modal, Kini Usaha Naik Kelas Berkat Bank Sumsel Babel
Terkini
-
Kayu Besar Hancurkan Asrama, Dukungan Kementerian PU Pulihkan Senyum di Darul Mukhlisin
-
Bertaruh Rindu di Tengah Lumpur, Perjuangan Petugas yang Tak Pulang Demi Akses Warga Aceh Tamiang
-
Telkomsel dan Kementerian Komdigi Perkuat Bantuan Kemanusiaan untuk Masyarakat Aceh
-
Kementerian PU Kerja Siang-Malam Bersihkan Jalan dan Akses Warga di Aceh Tamiang Pascabencana
-
Jalan Nasional di Aceh Tamiang Akhirnya Berfungsi Lagi, Kementerian PU Optimis Kondisi Segera Pulih