Scroll untuk membaca artikel
Pebriansyah Ariefana
Senin, 11 Oktober 2021 | 10:07 WIB
Pakaian Adat Suku Karo (YouTube Leo Photo)

SuaraSumut.id - Jenis-jenis pakaian Adat Sumatera Utara dari Batak Toba, Suku Karo, hingga Suku Mandailing. Sumatera Utara merupakan salah satu daerah yang memiliki berbagai macam suku yang ada di Indonesia.

Jadi, tak heran jika banyak sekali adat serta kebudayaan yang ada di provinsi ini. Salah satu yang menjadi daya tarik adalah pakaian adat sangat unik dan juga khas.

Setiap suku ini tetap mempertahankan ciri khas masing-masing. Mereka memiliki tradisi yang unik dan menarik. Bahkan, pakaian adat Sumatera Utara dari setiap suku yang terus lestari hingga saat ini.

1. Pakaian Adat Suku Batak Toba

Baca Juga: 8 Rumah Adat Sumatera Utara: Bolon, Karo, Pakpak, Hingga Simalungun

Suku ini bermukim di kawasan sekitar Danau Toba. Pakaian adat yang dikenakan sangat khas karena menggunakan jenis kain yang berbeda, yakni kain tenun ulos. Suku Batak Toba umumnya menggunakan benang berwarna hitam, putih, merah, emas, dan perak, untuk kain Ulos.

Kain Ulos telah menjadi ciri khas Suku Batak untuk baju tradisional Sumatera Utara secara keseluruhan. Bagi Suku Batak Toba, pakaian dari kain Ulos bisa dikenakan dalam kegiatan sehari-hari, maupun saat upacara adat. Setiap kain Ulos dikenakan pada kesempatan yang berbeda-beda lantaran memiliki makna dibaliknya.

Dalam perkembangannya, kain Ulos tidak hanya digunakan sebagai selendang. Ulos ini bisa untuk sovenir seperti dompet, dasi, tas, ikat pinggang, sarung bantal, hingga gorden.

2. Pakaian Adat Suku Karo

Suku Karo memiliki kain khusus yang terbuat dari pintalan kapas yang disebut Uis Gara. Uis Gara artinya kain merah, karena dalam pembuatannya menggunakan benang merah.

Baca Juga: Ombudsman Kritik soal Penetapan Tersangka Pedagang Wanita Dianiaya Preman

Warna dasar merah pada Uis Gara ini dipadukan dengan warna benang lainnya, seperti emas dan perak. Meski Uis Gara dominan dengan warna merah, tetapi ada juga yang berwarna hitam dan putih. Suku Karo kerap mengenakan Uis Gara dalam kegiatan sehari-hari serta untuk upacara adat resmi.

3. Pakaian Adat Suku Mandailing

Pakaian adat yang digunakan Suku Mandailing hampir sama dengan Suku Batak Toba. Suku Mandailing juga mengenakan kain Ulos. Akan tetapi, Suku Mandailing menambahkan aksesoris untuk melengkapi penampilan mereka.

Aksesoris ini dikenakan perempuan Mandailing saat upacara adat, namanya Bulang. Bulang terbuat dari emas sepuhan atau logam lainnya dan dikenakan di kening. Bulang memiliki makna kemuliaan dan juga sebagai simbol struktur kemasyarakatan.

Sedangkan lelakinya mengenakan hiasan di kepala yang diberi nama Ampu. Ampu adalah penutup kepala yang di masa lalu hanya bisa dikenakan oleh raja Mandailing dan Angkola. Ampu berwarna hitam dengan hiasan emas yang melambangkan kebesaran.

4. Pakaian Adat Suku Nias

Suku Nias memiliki tradisi yang berbeda dari suku-suku di Sumatera Utara lainnya. Jika suku lain menggunakan warna merah pada banyak pakaian adatnya, maka Suku Nias umumnya menggunakan warna kuning dan emas.

Sedangkan perempuan dari Suku Nias memiliki pakaian tradisional yang diberi nama Oroba Si Oli. Oroba Si Oli adalah kain yang terbuat dari kulit kayu atau blacu berwarna hitam. Selain itu, ia juga memakai aksesoris berupa gelang kuningan bernama Aja Kola. Uniknya, ada gelang yang memiliki berat hingga 100 kilogram.

Sementara lelaki Suku Nias pakaian adatnya disebut Baru Oholu. Baju tradisional ini terbuat dari kulit kayu dan berbentuk rompi tanpa kancing dan penutup lainnya.

5. Pakaian Adat Suku Pakpak

Suku Pakpak memiliki kain yang dinamakan kain Oles. Bagi perempuan, pakaian adatnya disebut dengan Cimata. Sementara untuk lelaki disebut dengan Borgot. Dalam mengenakan pakaian adat mereka, Suku Pakpak juga menambahkan aksesori berupa kalung dari emas dan bertahtakan batu permata.

6. Pakaian Adat Suku Simalungun

Suku Simalungun ini juga menggunakan kain Ulos sebagai bagian dari pakaian adat mereka. Akan tetapi, di Suku Simalungun kain ini disebut sebagai Hiou.

Bedanya dengan Suku Batak Toba dalam mengenakan Ulos adalah Suku Simalungun menambahkan kain samping yang disebut Suri-Suri. Aksesoris yang dikenakan perempuan pada kening mereka disebut Bulang, sementara para lelaki mengenakan Gotong.

7. Pakaian Adat Suku Melayu

Seperti yang telah menjadi ciri khas pakaian adat Melayu, di Sumatera Utara Suku Melayu mengenakan baju kurung dilengkapi dengan kain songket.

Khusus untuk para perempuan, baju kurung yang dikenakan terbuat dari kain brokat atau kain sutra. Selain itu, para wanita Melayu juga menambahkan kalung dengan motif rantai serati, sekar sukun, mentimun, tanggang, dan corak lainnya.

Sedangkan para lelaki Suku Melayu menambahkan penutup kepala sebagai aksesoris yang dinamakan Tengkulok. Aksesoris ini terbuat dari songket dan mempunyai makna kebesaran dan kegagahan pria. Ada juga Destar yang terbuat dari rotan dan dibalut dengan kain beludru.

8. Pakaian Adat Suku Angkola

Suku angkola adalah salah satu etnis yang mendiami daerah Tapanuli Selatan. Bagi perempuan dari suku ini pakaian adatnya memang hampir sama dengan adat dari Suku Mandailing. Tapi, pakaian adat dari Angkola ini jauh lebih mendominasi dengan warna yang cukup mencolok, yakni warna merah.

Pakaian adat dari Batak Angkola ini dilengkapi dengankain selendang. Kain tersebut nantinya akan diselempangkan pada tubuh. Baik lelaki atau pun perempuan juga mengenakan mahkota khas dari Batak Angkola.

9. Pakaian Adat Suku Samosir

Suku Batak Samosir adalah suku yang bertempat tinggal di Pulau Samosir. Pakaian adat yang mereka miliki memang memiliki kesamaan dengan pakaian Batak Toba. Akan tetapi, ada perbedaan di antara keduanya.

Pakaian adat dari Suku Batak Samosir ini lebih banyak menggunakan aksesoris. Selain itu, suku ini juga memakai hiasan kepala sebagai penutupnya. Penutup kepala yang mereka kenakan hampir tidak dimiliki oleh Suku Batak lainnya.

10. Pakaian Adat Suku Sibolga

Suku ini sendiri sebetulnya adalah Suku Batak Pasisi yang juga berawal dari suku Batak Toba. Akan tetapi, kebudayaan mereka sudah tercampur dengan daerah Minangkabau, Melayu dari pesisir timur. Hal ini juga berpengaruh terhadap jenis pakaian tradisionalnya.

Pakaian adat yang mereka miliki terkesan simpel. Pakaian tersebut memiliki perpaduan warna gelap yang lebih mendominasi. Selain itu, dilengkapi dengan beberapa aksesoris yang yang cukup meriah sehingga bisa terkesan lebih glamor dan mewah ketika menggunakannya.

Kontributor : Titi Sabanada

Load More