SuaraSumut.id - Rusli Mais tak lagi muda. Badannya kurus dan sesak nafas. Ia tinggal bersama dua anak laki-lakinya di gubuk di tengah kebun karet di Desa Simaninggir Kecamatan Siabu, Mandailing Natal, Sumatera Utara.
Rusli tinggal di gubuk berukuran 2x3 meter karena tidak memiliki rumah. Hanya gubuk untuk tempat orang menjaga durian, lalu dibuat berdinding plastik terpal yang sudah amat lusuh.
Bahkan, tangganya juga tidak ada. Di ruang sempit itu Rusli Mais hampir setahun lebih tinggal. Di sekitarnya tumbuh beberapa batang pohon karet yang menjadi sumber kehidupan satu-satunya. Tentu itu bukan milik Rusli.
Dirinya hidup lantaran batang karet yang tidak cukup seratus batang itu masih meneteskan getah saat ia deres setiap hari. Itu juga kalau sesak nafasnya tidak kumat.
Rusli harus berjalan tertatih dari satu batang ke batang yang lain, sambil menggoreskan pisau gurisnya. Kalau tidak, apa yang akan dia makan?
Di depan pondoknya ada balai-balai yang dibuat sendiri dari bambu. Tentu biar duduknya lebih nyaman sambil membelah buah kakao untuk tambahan kebutuhan sehari-hari keluarganya. Itu juga punya orang. Upahnya hanya dari bagi hasil setelah kakao dijual.
Meskipun kondisinya seperti itu, Rusli mendapat bantuan berupa BLT dari pemerintah. Selain itu kalau sakit dia berobat juga menggunakan kartu BPJS.
"Kalau bantuan dari pemerintah saya dapat, kalau sakit saya juga tidak membayar. Namun untuk bantuan perumahan layak huni jauh dari harapan saya, karena saya tidak memiliki tanah," melansir Antara, Kamis (10/11/2022).
Saat orang lain sibuk mencari menu terbaik untuk makan siang, Rusli hanya mampu menanak beras di tungku depan pondoknya. Hanya tunggu sederhana dengan tiga buah batu penyangga.
Baca Juga: Anak Ferdy Sambo Masih Dikawal Ajudan Saat Jenguk Orangtuanya
Jangan tanya menu sambal dan gulainya. Buat orang susah, ada saja beras, sudah hebat. Setidaknya dengan makan nasi saja tanpa lauk, ia terbebas dari kelaparan setiap hari.
Karena itu, saat semua sibuk memperingati Hari Pahlawan, Rusli juga menghidupkan api di tunggu. Sambil menarik nafasnya yang sesak, ia juga meniup api. Buat orang sakit, itu bukan pekerjaan yang mudah tentu.
Istrinya meninggal tujuh tahun yang lalu. Selain dua anak yang tinggal bersamanya, satu anak perempuannya harus ditumpangkan ke orang lain.
Sesekali dirinya berharap ada orang lain yang dapat membantunya mendirikan rumah layak huni untuknya. Setidaknya dengan tinggal bersama orang lain sehingga ia tidak perlu tinggal di gubuk tak layak itu.
Tag
Berita Terkait
-
Sepenggal Kisah Pelaku UMKM Bertahan dan Bangkit dari Badai Covid-19
-
Kilas Balik Kisah Wayan Koster: Beberapa Kali Dipanggil KPK Hingga Masuk Bursa Capres 2024 Pilihan PDIP
-
Kisah Puluhan Anak-anak di Bandung Barat Menimba Ilmu di Gubuk Nyaris Roboh
-
Review Anime Koikimo: Kisah Cinta Playboy Kaya Raya dengan Gadis SMA
-
Kisah Pilu Robert Enke, Kiper Timnas Jerman yang Bunuh Diri karena Depresi
Terpopuler
- 4 Sepatu Lokal Senyaman On Cloud Ori, Harga Lebih Terjangkau
- 5 Body Lotion Niacinamide untuk Cerahkan Kulit, Harganya Ramah Kantong Ibu Rumah Tangga
- Menguak PT Minas Pagai Lumber, Jejak Keluarga Cendana dan Konsesi Raksasa di Balik Kayu Terdampar
- 5 HP Murah Terbaik 2025 Rekomendasi David GadgetIn: Chip Mumpuni, Kamera Bagus
- 55 Kode Redeem FF Terbaru 9 Desember: Ada Ribuan Diamond, Item Winterlands, dan Woof Bundle
Pilihan
-
Entitas Usaha Astra Group Buka Suara Usai Tambang Emas Miliknya Picu Bencana Banjir Sumatera
-
PT Titan Infra Sejahtera: Bisnis, Profil Pemilik, Direksi, dan Prospek Saham
-
OJK: Kecurangan di Industri Keuangan Semakin Canggih
-
PT Tusam Hutani Lestari Punya Siapa? Menguasai Lahan Hutan Aceh Sejak Era Soeharto
-
Harga Minyak Melonjak: AS Sita Kapal Tanker di Lepas Pantai Venezuela
Terkini
-
Telkomsel Pulihkan 21 Site di Aceh Tamiang dan Salurkan Bantuan Sosial
-
Jelang Natal, Asian Agri Adakan Pasar Murah Minyak Goreng di Labusel
-
Puncak HUT Ke-68, Dirut Pertamina Kawal Misi Kemanusiaan di Aceh
-
Anak Perempuan Diduga Bunuh Ibu Kandung di Medan Ternyata Masih SD, Motifnya?
-
Kapolres Labusel Raih Penghargaan Penegak Hukum Peduli Anak pada Anugerah KPAI 2025