Suhardiman
Rabu, 09 April 2025 | 23:18 WIB
Ilustrasi penangkapan - Camat di Batu Bara Ditangkap Usai Pesta Sabu.[ANTARA/Ardika/am]

Penggunaan jangka panjang merusak gigi (dikenal sebagai "meth mouth"), menyebabkan penurunan berat badan ekstrem, dan luka kulit akibat garukan kompulsif. Sistem kekebalan tubuh melemah, membuat pengguna rentan terhadap infeksi.

- Gangguan Mental

Sabu memicu pelepasan dopamin berlebihan di otak, yang awalnya memberikan euforia, tetapi lama-kelamaan menyebabkan kecemasan, paranoia, halusinasi, bahkan psikosis.

Pengguna kronis sering mengalami depresi berat saat efek obat hilang, yang bisa mendorong mereka untuk terus menggunakan demi menghindari "crash" emosional.

- Kecanduan yang Sulit Diatasi

Sabu sangat adiktif karena efek stimulannya yang kuat. Toleransi cepat berkembang, sehingga pengguna membutuhkan dosis lebih besar untuk merasakan efek yang sama, memperburuk ketergantungan.

Proses pemulihan sulit dan sering kali disertai gejala putus obat (withdrawal) seperti kelelahan ekstrem, rasa lapar berlebih, dan depresi.

- Dampak Sosial

Kecanduan sabu sering menyebabkan hilangnya pekerjaan, hubungan keluarga yang rusak, dan keterlibatan dalam aktivitas kriminal untuk mendanai kebiasaan tersebut. Pengguna mungkin menjadi agresif atau tidak stabil, membahayakan orang di sekitarnya.

Berdasarkan data dari BNN, jumlah penyalahguna narkoba di Sumatera Utara (Sumut) diperkirakan mencapai sekitar 1,3 juta orang.

Angka ini menjadikan Sumut sebagai provinsi dengan prevalensi penyalahgunaan narkoba tertinggi di Indonesia.

Data ini mencerminkan tantangan besar dalam upaya pencegahan dan pemberantasan narkotika di wilayah tersebut, dengan peredaran narkoba yang menyasar berbagai lapisan masyarakat, baik kelas bawah maupun atas.

Kontributor : M. Aribowo

Load More