- Lebih dari 1.200 warga Aceh Timur tercatat mengalami gangguan jiwa, dengan sebagian besar tergolong kasus berat.
- Bupati Aceh Timur menegaskan perlunya dukungan keluarga dan masyarakat dalam penyembuhan ODGJ tanpa stigma dan tanpa pemasungan.
- Tenaga medis menekankan bahwa pemasungan melanggar hak asasi manusia dan penanganan harus melalui perawatan serta terapi sesuai prosedur.
SuaraSumut.id - Kesehatan mental menjadi perhatian serius di berbagai daerah di Indonesia, termasuk Aceh Timur. Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Aceh Timur, tercatat lebih dari 1.208 Orang Dengan Gangguan Jiwa (ODGJ), di mana sekitar 798 orang di antaranya tergolong ODGJ berat.
Menurut Bupati Aceh Timur Iskandar Usman Al-Farlaky, pengobatan bagi ODGJ tidak cukup hanya dengan obat-obatan atau terapi medis. Diperlukan dukungan dari keluarga dan lingkungan.
"Jangan ada lagi stigma negatif terhadap ODGJ. Mereka juga manusia, dan tindakan pemasungan itu jelas melanggar hak asasi manusia," katanya, melansir Antara, Rabu 12 November 2025.
Iskandar mengimbau agar masyarakat yang tidak mampu menangani anggota keluarga dengan gangguan jiwa segera berkoordinasi dengan aparat desa atau kecamatan agar dapat ditangani petugas medis.
Direktur Rumah Sakit Jiwa Banda Aceh, dr. Hanif, menegaskan bahwa pemasungan tidak dibenarkan dalam kondisi apa pun.
"Walau mereka saudara kita yang mengalami gangguan jiwa, tetap tidak boleh dipasung. Mereka juga merasakan sakit ketika dijepit kayu atau dirantai. Kita punya tenaga medis dan terapi sesuai prosedur untuk menanganinya," ujar Hanif.
Menurut Hanif, ada berbagai faktor yang memicu kondisi ini, antara lain tekanan sosial, masalah keluarga, hingga akibat penyalahgunaan narkotika maupun zat aditif lainnya.
Oleh karena itu, peran keluarga dan lingkungan masyarakat penting dalam proses penyembuhan serta pencegahan kasus orang dengan gangguan.
Cara Mendukung Anggota Keluarga dengan Gangguan Jiwa
- Pelajari kondisi mereka: Pahami gangguan yang dialami agar tahu cara terbaik membantu.
- Dengarkan tanpa menghakimi: Kehadiran dan empati lebih penting daripada nasihat panjang.
- Ciptakan rutinitas positif: Bantu mereka menjaga pola tidur, makan, dan aktivitas yang sehat.
- Ajak berobat secara rutin: Pastikan pasien tidak putus obat dan terus konsultasi ke tenaga medis.
- Hindari isolasi sosial: Libatkan mereka dalam aktivitas keluarga dan masyarakat.
Berita Terkait
-
Bukan Drama, Ini 5 Respons Penyintas Trauma yang Sering Disalahpahami
-
Gunung sebagai Ruang Self Healing: Saat Anak Muda Mencari Jeda di Ketinggian
-
Paradoks Media Sosial: Semakin Terhubung, Semakin Merasa Kurang, Semakin Tertekan
-
Bukan Malas, Hanya Lelah: Kisah Pribadi Mengatasi Kelelahan Mental
-
Di Balik Ekspektasi: 5 Realitas yang Sering Disalahpahami dari Usia 20-an
Terpopuler
- 5 Motor Matic Paling Nyaman & Kuat Nanjak untuk Liburan Naik Gunung Berboncengan
- 5 Mobil Bekas yang Perawatannya Mahal, Ada SUV dan MPV
- 5 Perbedaan Toyota Avanza dan Daihatsu Xenia yang Sering Dianggap Sama
- 5 Mobil SUV Bekas Terbaik di Bawah Rp 100 Juta, Keluarga Nyaman Pergi Jauh
- 13 Promo Makanan Spesial Hari Natal 2025, Banyak Diskon dan Paket Hemat
Pilihan
-
Senjakala di Molineux: Nestapa Wolves yang Menulis Ulang Rekor Terburuk Liga Inggris
-
Live Sore Ini! Sriwijaya FC vs PSMS Medan di Jakabaring
-
Strategi Ngawur atau Pasar yang Lesu? Mengurai Misteri Rp2.509 Triliun Kredit Nganggur
-
Libur Nataru di Kota Solo: Volume Kendaraan Menurun, Rumah Jokowi Ramai Dikunjungi Wisatawan
-
Genjot Daya Beli Akhir Tahun, Pemerintah Percepat Penyaluran BLT Kesra untuk 29,9 Juta Keluarga
Terkini
-
Kementerian PU Kerja Siang-Malam Bersihkan Jalan dan Akses Warga di Aceh Tamiang Pascabencana
-
Jalan Nasional di Aceh Tamiang Akhirnya Berfungsi Lagi, Kementerian PU Optimis Kondisi Segera Pulih
-
Kementerian PU Buka Kembali Jembatan Krueng Tamiang, Mobilitas Warga Mulai Pulih
-
Bencana Alam Sumut: 209 Orang Luka-Luka, 60 Masih Hilang!
-
Jalan Nasional Medan-Aceh Tamiang Kembali Dibuka, Warga Bersyukur: Alhamdulillah!