SuaraSumut.id - Isu politik identitas mencuat menjelang Pilkada Medan 2020. Hal itu diduga dukungan Ustaz Abdul Somad (UAS) terhadap pasangan calon Akhyar Nasution-Salman Alfarisi.
Wakil Ketua Bidang Komunikasi Politik DPD PDIP Sumut, Aswan Jaya menyebut, masyarakat Medan sudah punya pengalaman dengan politik identitas. Akibat dari politik identitas, kata Aswan, masyarakat justru tidak mendapatkan apa-apa.
"Jadi masyarakat Kota Medan sudah punya pengalaman banyak dengan politik identitas, karena UAS ini mewakili politik identitas, seperti Pilgub dan pilpres, masyarakat gak dapat apa-apa hasil dari pilihan mereka itu," ujar Aswan dilansir dari Digtara.com--jaringan Suara.com, Rabu (2/12/2020).
Aswan menjelaskan, masyarakat Kota Medan akan memilih calon pemimpin yang mereka butuhkan bukan karena faktor dukungan seseorang.
Baca Juga:Tantang Anies Umumkan Sendiri Hasil Swab, PDIP: Biar Warga Tenang
"Jadi saya meyakini dukungan UAS tidak punya pengaruh apapun. Akhyar juga dulu bagian dari lawan mereka kan. Dia tidak suka habib, jadi rakyat sudah tahu siapa yang munafik atau tidak," ujarnya.
Aswan juga mengomentari pernyataan Akhyar Nasution yang mengatakan telah mentalak tiga PDI Perjuangan.
Aswan menegaskan, pihaknya yang lebih dahulu memecat Akhyar Nasution dari keanggotaan partai. Ia menyebut, Akhyar Nasution keluar dari PDIP karena terlalu bernafsu ingin menjadi Wali Kota Medan.
"Bahwa yang minta keluar itu kan dia (Akhyar), karena bernafsu ingin menjadi walikota, bersyahwat betul ingin menjadi pejabat publik. Padahal partai sudah menyatakan dia tidak pantas dia tidak layak," jelasnya.
Karena bernafsu ingin menjadi Wali Kota Medan, kata Aswan Jaya, Akhyar memutuskan untuk berpindah haluan ke Partai Demokrat.
Baca Juga:KPU Medan Bentuk TPS Bergerak untuk Warga Terindikasi Covid-19
Dengan demikian, PDIP akhirnya memutuskan untuk mengeluarkan pemberhentian kepada Akhyar.
"Dengan sendirinya dia keluar dari partai. Oleh karena itu PDIP mengeluarkan surat pemberhentian, pun dia tidak menyatakan talak 3, sesungguhnya dia sudah tertalak 3 oleh PDIP," tegasnya.
Aswan mengatakan, proses politik sangat dinamis, tidak ada pihak yang bisa memprediksi sesuatu yang terjadi dikemudian hari.
"Proses politik itu dinamis kita tidak bisa memprediksi apapun ke depan, tapi yang pasti lihat hari ini Akhyar bukan dari keluarga besar PDIP," tandasnya.