SuaraSumut.id - Sri Utari alias Tari (32) tak kuasa menahan air mata saat melihat dagangannya sepi pembeli, sejak diberlakukannya PPKM darurat di Medan.
Penjual sarapan "Waroeng Mbak Tami" di Jalan Multatuli, Medan, ini terbayang wajah ketiga anaknya yang masih kecil dan membutuhkan biaya hidup sehari-hari.
Kondisi ini membuatnya tertekan. Namun, Tari tidak mau berpangku tangan. Ia mengambil kardus karton dan spidol lalu mulai menuliskan keresahan dengan kata-kata yang mengiris hati.
"Serapannya kak yakinlah jika kakak beli sarapan sama kami 3 nyawa terselamatkan," tulis Tari.
Baca Juga:3 Cara Basmi Semut di Tanaman yang Super Ampuh
Dengan keyakinan penuh, Tari lalu brrdiri di pinggir jalan dan mengangkat poster tinggi-tinggi seperti orang berunjuk rasa.
"Mau gak mau saya buat seperti itu, buat menarik orang biar mau beli," ujarnya kepada wartawan SuaraSumut.id, Jumat (16/7/2021) siang.
Ia mengatakan, PPKM darurat begitu memukul pendapatannya menjual sarapan pagi.
"Nyata sekali penurunan pendapatan saya semalam (Kamis, 14 Juli 2021) cuma enam orang yang membeli," kata wanita yang bermukim di Jalan Multatuli ini.
Saat bersamaan suaminya yang seharinya bekerja di bidang konstruksi juga dirumahkan. Belum lagi dua dari tiga anaknya juga sakit.
Baca Juga:Mahfud MD : Sekarang Sudah Tidak Ada Lagi Isu Papua Merdeka
Sejenak Tari menghela nafas. Matanya mulai berkaca-kaca saat ia mengingat tiga orang anaknya. Detik selanjutnya, tangis Tari pun pecah.
"Kalau kayak gini, gak bisa kami cari makan," tangisnya.
"Semoga cepat berlalu lah semua ini," ujarnya seraya menyeka air mata.
Sejak pandemi Covid-19 melanda, Tari dan keluarga belum mendapatkan bantuan yang berarti dari pemerintah.
"Cuma dapat sekali itu aja, l beras 20 Kg, dikasih kepling tahun lalu. Bantuan UMKM gak ada dah daftar padahal," kata Tari.
Ia berharap pemerintah agar memperhatikan nasib masyarakat kecil yang terdampak Covid-19.
"Harusnya kalau gini adalah bantuan, pasar murah gitu, ini sekarang gak ada, sebutir beras pun belum ada sekarang," kesal Tari.
Usaha penjualan nasi ini telah dirintisnya bersama sang Kakak, bernama Tami sejak tujuh tahun silam. Berkat usahanya membantu kakaknya ini dapat menghidupi kebutuhan keluarganya.
"Dulu sehari mau dapat sejuta, jam sembilan lewat udah habis, sebelum pandemi sekarang, sedih bang," katanya.
Tari mengatakan, dengan aksinya memasang poster ternyata ampuh menarik perhatian masyarakat.
"Sudah ada bantuan, ada yang memborong nasi saya 300 bungkus untuk dibagikan," katanya.
Sejumlah warga yang iba juga menyebarkan foto Tari yang mengangkat poster ke media sosial dan seketika menjadi viral di media sosial.
"Tetap semangat Kak Tami, walaupun berat Multatuli best," kata warganet.
"Woy beneran lah aku menangis sehat sehat ibuk rakyat hanya bisa berdoa" tulis warganet lainnya.
Kontributor : M. Aribowo