Asal Mula Julukan Ayam Kinantan Melekat Kepada PSMS

Seiring berjalannya waktu, julukan Ayam Kinantan semakin melekat kepada PSMS saat menjadi juara kompetisi domestik perserikatan pada 1985.

Suhardiman
Jum'at, 22 Oktober 2021 | 16:11 WIB
Asal Mula Julukan Ayam Kinantan Melekat Kepada PSMS
Logo PSMS. [Suara.com/M.Aribowo]

SuaraSumut.id - Persatuan Sepakbola Medan Sekitarnya atau biasa disingkat PSMS memiliki sejarah dalam torehan prestasi baik di kancah Nasional hingga Internasional.

Bagi anak Medan, khususnya fans, tentu tidak asing mendengar julukan Ayam Kinantan yang melekat kepada PSMS.

Pemerhati PSMS Medan, Indra Efendi Rangkuti menjelaskan asal mula PSMS Medan mendapatkan julukan Ayam Kinantan tersebut.

"Dulu PSMS punya klub anggota namanya Medan Putra. Nah Medan Putra itu julukannya Ayam Kinantan," kata Indra yang merupakan Staf Tax Centre Universitas Sumatera Utara (USU), Jumat (22/10/2021).

Baca Juga:Kereta Cepat Jakarta-Bandung Pakai APBN, Partai Ummat Sebut Jokowi Pembohong

Ia mengatakan, secara kebetulan banyak legenda PSMS mengawali karir di Medan Putra, diantaranya Tumsila, Yuswardi, dan Parlin Siagian.

"Termasuk juga pengurus PSMS banyak dari alumni Medan Putra. Nah Medan Putra (Medan Sport) juga klub yang ikut mendirikan PSMS. Pendiri PSMS itu ada 6 klub, deklarasinya 21 April 1950," katanya.

Seiring berjalannya waktu, julukan Ayam Kinantan semakin melekat kepada PSMS saat menjadi juara kompetisi domestik perserikatan pada 1985.

Stadion Teladan Medan. [Suara.com/M.Aribowo]
Stadion Teladan Medan. [Suara.com/M.Aribowo]

"Julukan Ayam Kinantan mulai muncul pada tahun 1985, waktu juara, karena di situ banyak pemain dan pengurus alumni Medan Putra," katanya

Selain itu, Manajer PSMS Bawono pada masa itu juga kerap membawa ayam jago setiap PSMS bertanding.

Baca Juga:Jadwal Liga Spanyol Akhir Pekan Ini, Ada El Clasico Barcelona vs Real Madrid

"Manajernya punya kebiasaan membawa ayam jago, asal pertandingan membawa ayam jago," katanya.

Bahkan, supporter PSMS juga memberikan ayam jago kepada manajer PSMS di Bandara Polonia, sekembalinya dari Jakarta usai mengalahkan Persib 2-1 dalam adu penalti (aet 2-2) di Stadion Gelora Bung Karno.

Pertandingan tersebut disaksikan oleh 150.000 penonton dengan kapasitas 110.000 tempat duduk, yang merupakan rekor kehadiran tertinggi dalam sejarah sepak bola Indonesia.

Menurut buku Konfederasi Sepak Bola Asia yang diterbitkan pada tahun 1987, pertandingan final kompetisi Perserikatan ini merupakan pertandingan terbesar dalam sejarah sepak bola amatir di dunia.

"Waktu pulang ke Medan di Polonia Pak Bawono ini dikasih juga Ayam Jago oleh supporter. Ayam Kinantan itu pengertiannya ayam jago," kata Indra.

Ia mengatakan, berbagai torehan tim berwarna hijau putih itu pada masa lalu membuat PSMS sangat dicintai warga Medan.

"PSMS itu punya banyak prestasi, tim terbanyak yang menjuarai perserikatan. Sejarah ini harus dirawat sebagai motivasi tim," kata Indra.

Julukan The Killer

Ia menjelaskan, julukan The Killer juga sempat disematkan ke skuad PSMS. Pasalnya, PSMS mampu
menumbangkan tim terbaik Eropa, Ajax Amsterdam di Stadion Teladan pada tahun 1975. Kemenangan ini semakin membuat PSMS menjadi momok menakutkan bagi tim lawan.

"Sebelum julukan Ayam Kinantan terkenal, PSMS lebih dahulu mendapatkan julukan The Killer, artinya pembunuh tim-tim besar. Apalagi tahun 1975 PSMS sempat mengalahkan Ajax Amsterdam. Jadi waktu Ajax main ke Indonesia tur cuma di Medan, dia kalah dengan skor 4-2," katanya.

Ia mengatakan, ciri khas permainan PSMS keras tapi sportif.

"Rap-rap itu bahasa Batak, artinya keras, bolanya boleh lewat orangnya jangan," kisahnya.

Ia menggambarkan bagaimana sosok legenda PSMS, Anwar Ujang yang menjadi Libero yang disegani lawan, baik di level domestik dan Internasional.

"Bagaimana Anwar Ujang menjadi bek tengah yang sulit ditembus. Bagaimanapun lawan bawa bola bisa dia sapu bola itu dengan gaya sliding, tapi sliding bersih," jelasnya.

"Ciri khas pemain PSMS juga kalau dulu gak pernah takut main dimanapun, mental juara, mental optimis," akunya.

Kebanggaan Warga Medan

Sejarawan Muda Kota Medan, M Aziz Rizky Lubis mengatakan, PSMS pada masa lalu memang sangat dicintai dan menjadi kebanggaan warga Medan. Pertandingan PSMS di Stadion Teladan selalu penuh dan disesaki supporter.

"Dulu mainnya keras, ngotot menang," ujarnya.

Secara harfiah, kata Aziz, Kinantan berarti hewan-hewan yang berwarna putih. Sedangkan warna hijau yang melekat pada lambang mewakili perkebunan, yang saat itu tembakau Deli menjadi komoditi asal Medan yang terkenal.

"Makna putih itu artinya kesucian, sportif kalau bermain," ungkapnya.

PSMS sendiri memiliki logo berupa gambar enam helai logo tembakau, enam berarti enam klub perintis/berserikat membentuk PSMS, yaitu Sahata, PO Polisi, Al Wathan, Indian Football Team, Deli Mascapaij, dan Medan Sport.

"Pemerintah Kota Medan pada masa itu sangat berkontribusi sekali, Gubernur Sumut Mara Halim Harahap juga sangat menyukai sepakbola," kata Aziz.

Dengan pesatnya dukungan baik dari masyarakat, maupun pemerintah berdampak positif terhadap kejayaan PSMS pada masa lalu.

Berbagai sejarah prestasi ditorehkan, mulai dari menjuarai liga domestik, hingga berkompetisi di level internasional, kontras dengan kondisi PSMS sekarang. PSMS kini turun kasta ke Liga 2.

"Kita sama sama berharap bagaimana caranya PSMS Medan ini bisa bangkit kembali," tukasnya.

Kontributor : M. Aribowo

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini