Warga Inggris Investasi Kripto dan Berjudi Gegara Biaya Hidup Melonjak

Hal ini dilakukan sebagai upaya mencukupi kebutuhan.

Suhardiman
Kamis, 23 Juni 2022 | 11:14 WIB
Warga Inggris Investasi Kripto dan Berjudi Gegara Biaya Hidup Melonjak
Ilustrasi (Quantitatives via Unsplash)

SuaraSumut.id - Melonjaknya biaya hidup membuat sebagian warga Inggris berjudi dan berinvestasi kripto. Hal ini dilakukan sebagai upaya mencukupi kebutuhan.

Menurut GamCare, pihaknya banyak menerima telepon dari penerima bantuan sosial yang berjudi dan berharap menang agar bisa menutupi kebutuhan. Namun demikian, mereka kalah taruhan.

Lembaga itu melaporkan beberapa orang telah pulih dari kecanduan kini berjudi lagi karena tekanan finansial.

Masyarakat di Inggris, salah satu dari tujuh negara maju dalam G7, tengah menghadapi tingginya angka inflasi yang mencapai 9,1 persen pada Mei, rekor tertinggi dalam 40 tahun terakhir.

Baca Juga:Kasus Omicron BA.5 Terdeteksi di Kota Cimahi, Dinkes Ungkap Gejala Pada Pasien

Bank sentral Inggris, Bank of England, telah memperingatkan bahwa inflasi dapat menembus angka 11 persen pada Oktober.

Sebuah survei dengan 4.000 lebih responden oleh GamCare dan dirilis pada Kamis menunjukkan 46 persen di antaranya mengaku khawatir dengan kondisi keuangan mereka.

Lebih dari separuh responden mengaku telah berjudi dalam 12 bulan terakhir dan sebagian besar dari mereka kehilangan uang.

"Para penasihat di layanan bantuan kami mendengarkan bahwa biaya hidup sedang mempengaruhi perilaku berjudi, khususnya di kalangan mereka yang telah pulih (dari kecanduan)," kata Anna Hemmings, kepala eksekutif GamCare.

"Kami juga tahu tim kami mendengar lebih banyak orang yang mencari bantuan terkait perdagangan kripto," katanya.

Baca Juga:Menang Gugatan Hak Asuh Anak, Mawar AFI: Fokus Urus Masa Depan Anak

Orang-orang yang membeli bitcoin dengan poundsterling enam bulan lalu berharap bisa memenuhi kebutuhan hidup telah kehilangan 55 persen dari investasi mereka.

GamCare mengatakan, 43 persen penjudi bermasalah telah berinvestasi di mata uang kripto, 25 persen di antaranya mengaku ingin berinvestasi lebih banyak lagi untuk menutupi kerugian.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini