43 Persen Pasien Diabetes Miliki Risiko Menderita Diabetik Retinopati

Sedangkan 26 persen diantaranya juga memiliki risiko kehilangan penglihatan.

Suhardiman
Selasa, 11 Oktober 2022 | 14:23 WIB
43 Persen Pasien Diabetes Miliki Risiko Menderita Diabetik Retinopati
Ilustrasi diabetes (Pixabay.com/Tumisu)

Pasien diabetes melitus bisa mengalami perkembangan penyakit retina, mulai dari NPDR (Non-Prolifereative Diabetic Retinopathy) yang ringan hingga berat. Penyakit itu dapat berkembang menjadi PDR (Proliverative Diabetic Retinopathy) awal, risiko tinggi dan tingkat lanjut.

"Dalam setiap tahapan tersebut dapat berubah menjadi DME jika kelainan terjadi pada makula dan jika tidak ditangani dengan baik dapat menimbulkan kebutaan," ungkapnya.

Dokter spesialis mata Dr. dr. Elvioza, Sp.M(K), dari Universitas Indonesia mengatakan perlu tatalaksana yang tepat untuk DME. Penanganan terapi DME dapat difokuskan menjadi dua, yaitu kontrol faktor sistemik dan memberikan terapi okuler.

Kontrol faktor sistemik bertujuan untuk mencegah retinopati dan progresivitas penyakit dengan cara mengontrol gula darah, tekanan darah dan kadar lemak darah.

Baca Juga:Seminggu Lagi Menanti Peradilan untuk Ferdy Sambo, Bakal Digelar 3 Babak

"Sedangkan terapi okuler bertujuan untuk mencegah kehilangan penglihatan dan memperbaiki penglihatan dengan cara terapi anti-VEGF, terapi laser dan steroid,” tutur Elvioza.

Hanya saja masih banyak tantangan dalam menangani DME selama ini.
Beberapa di antaranya terkait dengan ketiadaan dorongan untuk melakukan skrining secara dini, biaya terapi yang cukup tinggi, kurang optimalnya komunikasi dari penyedia layanan kesehatan dan pasien tentang biaya dan manfaat obat, serta yang juga masih menjadi tantangan besar adalah kerap kali pasien tidak patuh untuk melakukan kontrol dan pengobatan.

Dalam hal pengobatan awal yang optimal, penelitian VIVID dan VISTA memberikan bukti bahwa pengobatan yang intensif untuk DME memberikan manfaat yang lebih baik. Penelitian VIVID dan VISTA menggunakan injeksi dibandingkan dengan pengobatan dengan laser.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa injeksi aflibercept dengan lima dosis awal memberikan manfaat yang lebih baik dibandingkan dengan laser.

Beberapa bukti dari kondisi nyata sehari-hari juga memberikan kesimpulan yang sama dimana pasien dengan pengobatan dini dan intensif, memberikan perbaikan penglihatan yang lebih baik dibandingkan pengobatan dengan aflibercept yang tidak intensif.

Baca Juga:Seorang Komplotan Becak Hantu Curi Pintu Panel Listrik di Medan Diciduk

"Penglihatan itu bukan segalanya, tapi segalanya tidak ada artinya tanpa penglihatan. Jadi, jagalah penglihatan dengan kontrol lebih dini. Bila ada diabetes melitus, kontrol ke dokter mata lebih dini, pengobatan hasilnya akan lebih baik bila diobati sejak awal," katanya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini