12 Pahlawan Nasional Pejuang Kemerdekaan asal Sumut, Ini Sosoknya

Nama Letnan Jenderal Jamin Ginting diabadikan menjadi nama ruas jalan sepanjang 80 kilometer yang membentang dari Kota Medan hingga Kabupaten Karo.

Suhardiman
Rabu, 16 Agustus 2023 | 14:49 WIB
12 Pahlawan Nasional Pejuang Kemerdekaan asal Sumut, Ini Sosoknya
Patung Letjen Jamin Ginting di Medan. [dok Pemkot Medan]

SuaraSumut.id - Di momen Hari Kemerdekaan Republik Indonesia (RI) pada 17 Agustus, seyogyanya kita mengenang jasa para Pahlawan Nasional yang telah berjuang dalam merebut dan mempertahankan kemerdekaan.

Pemerintah telah mengangkat 185 orang pria dan 15 wanita sebagai Pahlawan Nasional. Penghargaan tertinggi ini diberikan kepada mereka yang telah berjasa besar bagi kepentingan bangsa dan negara.

Pahlawan Nasional juga ada yang berasal dari Sumatera Utara (Sumut), berikut sosoknya:

1. Sisingamangaraja XII

Baca Juga:Meluncur di GIIAS 2023, Berikut Harga, Spesifikasi dan Fitur Hyundai STARGAZER X

Sisingamangaraja XII memilki nama lengkap Patuan Bosar Sinambela ginoar Ompu Pulo Batu, lahir di Bakkara, Humbang Hasundutan, pada 18 Februari 1845.

Pemimpin legendaris masyarakat Batak ini naik tahta pada tahun 1876 menggantikan ayahnya Raja Sisingamangaraja XI yang bernama Ompu Sohahuaon. Penobatannya sebagai raja ke-12 bersamaan dengan masuknya Belanda ke Sumut.

Saat itu, Belanda berusaha menanamkan monopoli atas perdagangan di Bakkara. Hal ini memicu Perang Batak yang dipimpin oleh Sisingamangaraja XII hingga puluhan tahun lamanya.

Usai Bakkara dikuasai Belanda, beliau masih memimpin perang gerilya sampai akhirnya beliau gugur ditembak Belanda di Dairi beserta ketiga putra-putrinya. Sisingamangaraja XII wafat di Dairi, pada 17 Juni 1907. Ia dimakamkan di Tarutung, Tapanuli Utara dan kemudian dipindahkan ke Balige pada tahun 1953 oleh Ir Soekarno.

Selain mendapat anugerah gelar Pahlawan Nasional Indonesia, pemerintah mengabadikan nama Sisingamangaraja XII sebagai nama ruas jalan di banyak kawasan di Indonesia. Ilustrasi wajah Sisingamangaraja XII juga disematkan dalam lembaran uang Rp 1000.

Baca Juga:3 Alasan Aji Santoso Bakal Sukses di Persikabo 1973

2. Jamin Ginting

Letnan Jenderal TNI Jamin Ginting lahir di Karo pada 12 Januari 1921 silam. Ia merupakan tokoh dari Sumut, pejuang kemerdekaan yang menentang pemerintahan Hindia Belanda. Beliau wafat tanggal 23 Oktober 1974 di Ottawa, Kanada.

Nama Letnan Jenderal Jamin Ginting diabadikan menjadi nama ruas jalan sepanjang 80 kilometer yang membentang dari Kota Medan hingga Kabupaten Karo.

Pemkot Medan juga mendirikan patung Letnan Jenderal Jamin Ginting yang diresmikan pada 28 Juni 2022 oleh Wali Kota Medan, Bobby Nasution. Patung Letnan Jenderal Jamin Ginting untuk menandai kilometer nol Jalan Jamin Ginting di Medan.

3. Kiras Bangun

Kiras Bangun alias Garamata, lahir di Kampung Batu Karang, Karo, pada tahun 1852 silam. Semasa hidupnya, beliau menggalang kekuatan lintas agama di Sumut dan Karo untuk menentang penjajahan Belanda. Kiras berhasil mengumpulkan kurang lebih 3000 pasukan.

Kiras Bangun wafat pada tanggal 22 Oktober 1942 dan dimakamkan di Desa Batukarang, Payung, Kabupaten Karo. Beliau Bangun dianugerahi gelar Pahlawan Nasional Indonesia oleh presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada 9 November 2005.

4. AH Nasution

Jenderal Besar TNI Abdul Haris Nasution lahir di Kotanopan, Sumut pada 3 Desember 1918. Beliau awalnya menjadi anggota Tentara Kerajaan Hindia Belanda (KNIL), tetapi setelah invasi Jepang, ia bergabung dengan Pembela Tanah Air (PETA).

Setelah proklamasi kemerdekaan, ia mendaftar di angkatan bersenjata Indonesia yang masih muda, dan bertempur selama Revolusi Nasional Indonesia. Pada tahun 1965, percobaan kudeta terjadi, kemudian secara resmi disalahkan pada Partai Komunis Indonesia (PKI).

Rumah Nasution diserang, dan putrinya terbunuh, tetapi dia berhasil melarikan diri dengan memanjat tembok dan bersembunyi di kediaman duta besar Irak. AH Nasution wafat di Jakarta, 6 September 2000. Selain mendapat penghargaan sebagai Pahlawan Nasional, nama AH Nasution juga diabadikan sebagai nama jalan di Medan.

5. Tahi Bonar Simatupang

Tahi Bonar Simatupang atau T.B. Simatupang lahir di Sidikalang, pada 28 Januari 1920. Beliau merupakan tokoh militer dan tokoh Gereja di Indonesia. TB Simatupang meninggal dunia pada tahun 1990 di Jakarta dan dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata.

Nama TB Simatupang kemudian diabadikan sebagai nama jalan di Medan. Kemudian, pada tanggal 19 Desember 2016, atas jasa jasanya, Pemerintah Republik Indonesia, mengabadikannya di pecahan uang logam rupiah baru, pecahan Rp. 500.

6. Adam Malik

H. Adam Malik Batubara lahir di Pematang Siantar, pada 22 Juli 1917. Beliau mantan jurnalis yang pernah menjabat sebagai wakil presiden ketiga. Adam Malik juga memelopori lahirnya Kantor Berita Antara. Beliau wafat di Bandung pada 5 September 1984.

Adam Malik ditetapkan sebagai salah seorang Pahlawan Nasional Indonesia pada tanggal 6 November 1998 berdasarkan Keppres Nomor 107/TK/1998. Namanya juga diabadikan sebagai nama rumah sakit dan nama jalan di Medan.

7. Amir Hamzah

Tengku Amir Hamzah lahir di Tanjung Pura, Langkat, 28 Februari 1911. Beliau adalah sastrawan Indonesia angkatan Poedjangga Baroe dan Pahlawan Nasional Indonesia.
Lahir dari keluarga bangsawan Melayu Kesultanan Langkat di Sumut, ia dididik di Sumatera dan Jawa.

Saat berguru di SMA di Surakarta sekitar 1930, Amir muda terlibat dengan gerakan nasionalis. Amir Hamzah wafat di Kwala Begumit, Binjai pada 20 Maret 1946. Amir Hamzah dinyatakan sebagai salah satu Pahlawan Nasional Indonesia, pada tahun 1975.

Sebuah taman dinamakan untuknya, Taman Amir Hamzah, yang berlokasi di Jakarta di dekat Monumen Nasional. Selain itu, nama Amir Hamzah juga diabadikan sebagai nama jalan di Medan.

8. Lafran Pane

Lafran Lane lahir di Sipirok, Padang Sidempuan 5 Februari 1992. Ia wafat pada usai 69 tahun di Yogyakarta, 24 Januari 1991. Beliau dikenal sebagai tokoh pergerakan pemuda dan memprakarsai pembentukan Himpunan Mahasiswa Islam pada 5 Februari 1947.

9. Zainul Arifin

K.H. Zainul Arifin lahir di Barus, Tapanuli Selatan (Tapsel), pada 2 September 1909.
Selama era pendudukan militer Jepang, beliau ikut mewakili NU dalam kepengurusan Majelis Syuro Muslimin Indonesia (Masyumi) dan terlibat dalam pembentukan pasukan semi militer Hizbullah.

Ditengah meningkatnya suhu politik, pada 14 Mei 1962, saat salat Iduladha di barisan terdepan bersama Sukarno, Zainul tertembak peluru yang diarahkan seorang pemberontak DI/TII dalam percobaannya membunuh presiden.

Beliau wafat tanggal 2 Maret 1963 setelah menderita luka bekas tembakan di bahunya selama sepuluh bulan. Selain dianugerahi Pahlawan Nasional, nama Zainul Arifin diabadikan sebagai nama jalan di Medan.

10. Ferdinand Lumban Tobing

Dr. Ferdinand Lumban Tobing atau F.L Tobing lahir di Sibuluan, Sibolga, 19 Februari 1899. Saat menjadi dokter di CBZ beberapa tahun, ia kemudian sering dipindahtugaskan. Pada 1931, dia dipindahkan ke Surabaya dan ditugaskan di bagian penyakit dalam.

Tahun 1935, dia dipindahkan lagi ke daerah Tapanuli yang merupakan tanah kelahirannya. Di daerah Tapanuli, pertama-tama dia ditempatkan di Padang Sidempuan, kemudian dipindahkan ke Sibolga, ibukota Karesidenan Tapanuli.

Pada saat pecah Perang Dunia II diiringi dengan peralihan kekuasaan di Indonesia dari Belanda kepada Jepang pada 1942 memberikan pengalaman berharga bagi Dr. Ferdinand Lumban Tobing.

Dr. F.L. Tobing meninggal di Jakarta, 7 Oktober 1962 pada usia 63 tahun. Ia dimakamkan di Desa Kolang, Kabupaten Tapanuli Tengah, Sumatra Utara. Namanya kemudian diabadikan di sebuah Rumah Sakit Umum di Sibolga dan bandar udara di Pinangsori, Tapanuli Tengah.

11. D.I Panjaitan

Mayor Jenderal (Mayjen) Donald Isaac Panjaitan lahir di Balige pada 19 Juni 1925.
Beliau bersama para pemuda lainnya membentuk Tentara Keamanan Rakyat (TKR) pada masa kemerdekaan, yang kemudian menjadi TNI.

Beliau terbunuh pada tengah malam tanggal 1 Oktober 1965, sekelompok anggota Gerakan 30 September memaksa masuk dan melancarkan tembakan ke rumah Pandjaitan di Jalan Hasanuddin, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan.

12. Sutan Mohammad Amin Nasution

Sutan Mohammad Amin Nasution lahir di Lho' Nga Aceh pada 22 Februari 1904. Ia seorang pengacara dan politikus keturunan Batak/Mandailing. Pada tahun 1946, beliau ditugaskan sebagai Gubernur Muda Sumatera Utara yang Pertama yang meliputi Karesidenan Tapanuli Sumatera Timur dan Aceh.

Pada 19 Juni 1948, Sutan Mohammad Amin Nasution dilantik oleh Presiden Sukarno sebagai Gubernur Sumatera Utara. Beliau wafat pada usia 89 tahun, dan dimakamkan di TPU Tanah Kusir Jakarta Selatan, 16 April 1993.

Pada 10 November 2020, Sutan Mohammad Amin Nasution dianugerahi Pahlawan Nasional oleh Presiden Joko Widodo.

Kontributor : M. Aribowo

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini